Benteng Bukit Kursi yang terdapat di Pulau Penyengat, merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah Kerajaan Melayu dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan diri dari serangan musuh. Nama benteng tersebut diambil dari nama tempat di mana benteng itu dibangun, yaitu Bukit Kursi. Bukit Kursi merupakan lokasi yang cukup strategis untuk benteng pertahanan. Selain berada pada dataran tinggi di Pulau Penyengat, bukit ini juga langsung menghadap laut lepas.

Mengingat pentingnya peran Pulau Penyengat sebagai pusat pemerintahan, maka muncullah ide untuk membangun benteng pertahanan. Ide tersebut disetujui oleh Raja Haji Fisabillah yang saat itu menjabat sebagai Raja Kerajaan Melayu Riau. Sebuah benteng kemudian dibangun di Bukit Kursi dalam waktu 4 tahun atau sekitar tahun 1782—1784 M. Untuk menyempurnakan keberadaan benteng sebagai basis pertahanan kerajaan, maka didatangkan sebanyak 80 meriam dari Eropa yang dipasang di tiap-tiap sudut strategis untuk memudahkan para prajurit kerajaan menghalau tentara musuh.

Berkat Benteng Bukit Kursi ini, istana dan bangunan kerajaan lainnya yang terdapat di dalam kompleks kerajaan bisa terhindar dari serangan musuh dalam waktu yang cukup lama. Bahkan, pernah tercatat dalam sejarah perjuangan Kerajaan Melayu Riau, benteng ini mampu menjadi perisai yang tangguh guna menghalau penjajah Belanda yang akan memasuki Pulau Penyengat. Butuh strategi yang matang dan waktu yang cukup lama bagi Pemerintah Kolonial Belanda menguasai basis kerajaan dan benteng pertahanan tersebut.

Keistimewaan

Desain bangunan benteng ini cukup menarik. Benteng pertahanan yang terletak di atas bukit ini dibangun dalam bentuk parit-parit. Desain ini dibuat untuk menghindari serangan musuh yang datang dalam jumlah besar serta memiliki persenjataan yang lengkap. Di samping itu, parit-parit tersebut juga berfungsi sebagai jalur untuk menyuplai bubuk mesiu bagi persenjataan meriam. Hingga saat ini, parit-parit tersebut masih membentang di Benteng Bukit Kursi. Parit-parit ini digali dengan kedalaman 1 m dan menghubungkan tiap-tiap lokasi meriam berdiri. Tetapi kondisi parit-parit tersebut, sekarang ini kurang terawat dan terkesan kumuh.

Di atas Benteng Bukit Kursi ini, terdapat beberapa peninggalan meriam kuno. Tetapi, jumlah meriam yang terdapat di bukit tersebut jauh berkurang dari jumlah semula yang berjumlah sekitar 90 meriam. Sebagian meriam-meriam tersebut, oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dijual ke Singapura dengan harga yang cukup murah sebagai barang rongsokan. Sementara itu, sebagian lainnya hilang karena kurangnya pemeliharaan dan perawatan dari pemerintah daerah setempat.

Tak jauh dari Benteng Bukit Kursi, terdapat sebuah bangunan yang pada zaman dahulu dipergunakan untuk menyimpan bubuk mesiu. Oleh masyarakat setempat bangunan ini dinamakan Gedung Obat Bedil (gudang mesiu). Keberadaan gudang mesiu ini erat kaitannya dengan Benteng Bukit Kursi. Ketika pertempuran sedang berkecamuk, gudang ini menjadi penyuplai mesiu untuk senjata meriam guna menghalau musuh. Gedung Obat Bedil hingga sekarang masih berdiri kokoh walau telah berusia cukup lama.

Lokasi

Bentang Bukit Kursi terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjung Pinang, Kota Tanjung Pinang, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Akses

Untuk menuju Benteng Bukit Kursi, para wisatawan mesti melintasi laut lepas. Perjalanan dapat dimulai dari Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan menggunakan angkutan kota. Kemudian, dari Pelabuhan Sri Bintan Pura perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Penyengat dengan lama perjalanan sekitar 15 menit menggunakan perahu pompong dengan ongkos perjalanan sekitar Rp 5.000. Bagi para pelancong disarankan agar tidak menempuh perjalanan pada sore hari menjelang malam. Karena biaya yang dikeluarkan untuk ongkos perjalanan dari pelabuhan menuju Pulau Penyengat atau sebaliknya bisa naik mencapai 200—300% dari harga normal.

Sementara itu, di Pulau Penyengat para wisatawan dapat menggunakan jasa becak bermotor untuk mengelilingi pulau tersebut. Termasuk menuju Benteng Bukit Kursi. Untuk mendapatkan jasa pelayanan becak bermotor tersebut, para wisatawan cukup membayar uang sebesar Rp 20.000 selama satu jam (November 2008). Para wisatawan tinggal duduk dan menunjukkan daerah tujuan wisata kepada pengemudi yang sekaligus bertindak sebagai pemandu.

Harga Tiket

Untuk masuk ke obyek wisata Benteng Bukit Kursi, tidak dipungut biaya.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Dalam proses konfirmasi

Source : Wisata Melayu

Read More......
Share/Save/Bookmark
Rabu, 17 November 2010 Posted in | | 0 Comments »

Curug Pitu di Baturaden
Batu Raden merupakan salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sejak tahun 1928, Batu Raden dikenal sebagai obyek wisata pegunungan. Pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan alam dan udara pegunungan yang sejuk dengan suhu antara 18°C-25°C. Dalam kondisi cuaca yang bagus dan cerah, pemandangan Kota Purwokerto, Nusakambangan, dan pantai Cilacap dapat terlihat dengan jelas dari puncak Baturaden.

Nama Batu Raden berasal dari dua kata (bahasa Jawa), yaitu Batur (bukit, tanah, teman, pembantu) dan Raden (bangsawan). Bila digabung, kata “Batu Raden” dapat bermakna: tanah yang datar atau tanah yang indah. Ada dua versi sejarah Batu Raden, yaitu versi Syekh Maulana Maghribi dan versi Kadipaten Kutaliman. Menurut versi yang pertama, Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Rum yang berasal dari Turki dan beragama Islam, pernah merasa penasaran dengan cahaya terang misterius yang menjulang ke angkasa dan bersinar di bagian timur. Sang Pangeran kemudian mencari asal cahaya tersebut. Singkat cerita, setelah melakukan pendakian hingga ke puncak sebuah gunung, Sang Pangeran melihat ada seorang pertapa Buddha yang bersandar pada sebuah pohon jambu yang memancarkan sinar cahaya ke atas. Lokasi ini kemudian dikenal dengan sebutan Batu Raden. Sedangkan menurut versi kedua, cerita Batu Raden terkait dengan kisah cinta antara anak perempuan Adipati Kutaliman dengan pembantunya yang menjaga kuda.

Luas tanah keseluruhan kawasan obyek wisata Batu Raden adalah 16,5 Ha, dengan luas lahan investasi 4 Ha. Status tanah adalah HPL (hak pengelolaan) Pemerintah Daerah (Pemda).

Keistimewaan

Keistimewaan Batu Raden terletak pada aneka ragam jenis obyek wisata yang ditawarkan. Di samping wisata utama Batu Raden, di kawasan ini juga terdapat banyak lokasi wisata lain yang juga menarik untuk dikunjungi, di antaranya adalah:

1. Taman Botani. Taman ini menyediakan aneka ragam tanaman hias, tanaman bongsai, dan tanaman langka, seperti Tanaman Havana, Daun Dewa, Brimulia, Keladi Tikus, Antarium Lipstik, Palem Paris, Lidah Gajah, dan Widoro Laut. Harga tanaman-tanaman ini terbilang cukup murah dan dapat dijangkau oleh pengunjung yang ingin menjadikannya sebagai cinderamata.
2. Curug Gede. Obyek wisata ini terletak di Desa Wisata Ketenger, jaraknya kurang lebih 3 km dari Batu Raden. Di sana terdapat sebuah air terjun yang indah.
3. Pancuran Pitu, yang berjarak 2,5 km dari Batu Raden. Pancuran ini terletak 2,5 km dari Batu Raden. Pancuran ini merupakan sumber air panas bumi dengan temperatur 60°-70° C yang langsung mengalir dari kaki Gunung Slamet melalui tujuh pancuran.
4. Pancuran Telu. Pancuran ini diresmikan pada tanggal 18 Januari 1987. Pancuran ini mengalirkan air panas bersulfur dengan suhu 40‘C yang konon dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.
5. Wana Wisata. Obyek wisata ini terletak 2 km dari Batu Raden. Wana Wisata menyajikan pemandangan hutan yang hijau dan indah. Tempat ini sangat cocok untuk kegiatan berkemah dan jungle tracking.
6. Telaga Sunyi. Telaga ini terletak di sebelah timur, yang berjarak sekitar 3,5 km dari Batu Raden. Telaga ini terbilang indah, airnya jernih dan dingin.
7. Taman Kaloka Widya Mandala, yang merupakan kebun binatang sekaligus sebagai wisata pendidikan. Di taman ini terdapat sejumlah binatang yang didatangkan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti kambing kaki tiga, gajah, beruk, sapi kaki lima, ular sanca, monyet, landak, buaya Irian, orangutan, dan rusa. Di komplek wisata ini juga terdapat Museum Satwa Langka yang berisi binatang seperti beruang madu, harimau Sumatera, dan macan dahan.

Di samping obyek wisata yang cukup banyak, kawasan Batu Raden ini juga diwarnai dengan fasilitas seni dan budaya, yaitu:

1. Grebeg Syura atau Sedekah Bumi. Upacara ini dilakukan pada tanggal 9 Bulan Syura. Tujuannya adalah sebagai tolak bala, yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan berupa ruwat bumi dan selamatan di makam-makam leluhur.
2. Kenthongan, merupakan kesenian musik khas Banyumas. Alat utama kesenian ini adalah kenthong yang berupa potongan bambu yang diberi lubang di sisinya secara memanjang. Untuk memainkannya perlu dikentong.
3. Calung dan lengger. Calung merupakan alat musik yang juga terbuat dari potongan bambu, diletakkan secara melintang, dan dimainkan dengan cara dipukul. Sedangkan lengger adalah tarian yang dimainkan dua orang perempuan atau lebih dan diiringi dengan calung.
4. Pakaian adat Banyumas. Pakaian adat Banyumas ada dua macam, yaitu pakaian untuk kalangan wong cilik (seperti pakaian ancingan, bebed wala, pinjungan, iketan, dan nempean) dan pakaian untuk kalangan bangsawan (beskap untuk pria dan nyamping untuk perempuan).
5. Ebeg (kuda lumping). Ebeg merupakan tarian tradisional Banyumas dengan ciri khasnya menggunakan kuda kepang. Dalam pertunjukan biasanya diiringi dengan gamelan yang bernama bendhe.
6. Pameran tanaman hias, seperti havana, daun dewa, dan palem paris.
7. Sadranan. Ritual ini berupa bersih-bersih makam yang dilanjutkan dengan acara kenduren. Tujuannya adalah untuk mengenang arwah para leluhur.

Lokasi

Batu Raden terletak di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut. Lokasi obyek wisata ini berada di sebelah utara dan berjarak sekitar 14 km dari Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.


Akses

Untuk menuju lokasi, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Kota Purwokerto perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit. Pengunjung bisa menggunakan angkutan umum dari terminal Kebondalem Purwokerto menuju lokasi wisata Batu Raden. 


Tiket

Tiket masuk obyek wisata Batu Raden dapat diklasifikasikan berikut ini:

1. Lokawisata Batu Raden: Rp. 3.000,00 per orang.

Kendaraan yang masuk ke lokawisata ini dikenakan tarif tersendiri, yaitu:

* Kendaraan roda dua: Rp. 1.000,00
* Kendaraan roda empat nonmikrobus: Rp. 4.000,00
* Kendaraan roda empat mikrobus: Rp. 5.500,00
* Kendaraan roda enam atau lebih: Rp. 8.000,00
* Taman Botani: Rp. 1.000,00 per orang
* Curug Gede: Rp. 1.000,00 per orang
* Pancuran Pitu: Rp. 5.000,00 per orang
* Pancuran Telu: Rp. 5.000,00 per orang
* Wana Wisata: Rp. 5.000,00 per orang
* Kaloka Widya Mandala: Rp. 2.500,00 per orang

Akomodasi dan Fasilitas Lain

Di lokawisata Baturaden terdapat sejumlah fasilitas yang dapat dinikmati, yaitu:

1. Kolam renang (Rp. 1.500,00 per orang)
2. Kolam luncur (Rp. 1.500,00 per orang)
3. Pijat lulur belerang dan mandi air panas (Rp. 15.000,00 per orang)
4. Sepeda air (Rp. 1.500,00 per orang)
5. Mandi air panas VIP (Rp. 3.000,00, maksimal 15 menit)
6. Mandi Air Panas Kelas I (Rp. 2.000,00, maksimal 15 menit)
7. Mogen atau mobil genjot (Rp. 1.500,00, maksimal 15 menit)
8. Komedi putar (Rp. 1.500,00, maksimal 15 menit)
9. Kereta mini (Rp. 2.000,00 per orang)

Ada banyak akomodasi dan fasilitas yang tersedia di obyek wisata Batu Raden ini, yaitu sebagai berikut:

1. Di pusat wisata Batu Raden terdapat banyak villa, wisma Batu Raden, dan hotel.
2. Di sebelah timur kawasan wisata Batu Raden juga terdapat banyak villa dan hotel.
3. Di sebelah Barat kawasan wisata Batu Raden terdapat:

* Banyak hotel.
* Biro perjalanan wisata. Batu Raden tidak mempunyai biro perjalanan wisata sendiri. Mereka melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan memfasilitasi sejumlah biro atau agen perjalanan wisata.
* Sejumlah restoran.
* Gedung Kertiwana, yang terletak di sebelah kawasan Bumi Perkemahan Batu Raden. Gedung yang didesain secara khusus menyatu dengan alam ini mampu menampung 500 orang.
* Palawi SPA Batu Raden, sebagai fasilitas untuk SPA dan Aromateraphy.
* Rumah penginapan (homestay) yang terdapat di desa wisata Ketenger dan disediakan untuk umum.
* Beberapa bungalo atau rumah yang disewakan sebagai tempat peristirahatan.
* Beberapa jasa pramuwisata, yang lebih dikhususkan untuk wisatawan mancanegara.
* Kelab malam.
* Panti pijat dan mandi lulur belerang. Fasilitas ini merupakan wisata kesehatan dengan memanfaatkan sumber air panas yang mengandung kadar belerang yang cukup tinggi.
* Terminal Batu Raden. Terminal ini berfungsi sebagai tempat kedatangan dan pemberangkatan kendaraan ke Taman Wisata Batu Raden, seperti bis umum, bis pariwisata, dan kendaraan pribadi.
* Kios-kios cinderamata, yang menjajakan sejumlah barang, seperti pakaian, sepatu, sandal, jaket, mainan anak-anak, dan asesoris-asesoris lainnya.
* Tempat parkir yang cukup memadai.

Source : Wisata Melayu

Read More......
Share/Save/Bookmark
Sabtu, 13 November 2010 Posted in | | 0 Comments »