Gunung Merapi (2911 meter di atas permukaan laut) merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Gunung ini terletak kira-kira 30 km di sebelah utara Kota Yogyakarta dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Gunung Merapi bertalian erat dengan mitos, kepercayaan, dan filosofi masyarakat Jawa, terutama masyarakat sekitar gunung tersebut. Hal ini digambarkan dengan garis imajiner yang menghubungkan antara Gunung Merapi dengan Laut Selatan (Samudera Indonesia) dengan Kota Yogyakarta sebagai titik pusat. Garis imajiner tersebut mempunyai dua aspek filosofis, yaitu jagat alit dan jagat ageng.
Jagat alit merupakan proses perjalanan kehidupan manusia sejak lahir hingga menghadap Yang Maha Kuasa. Tugu Yogyakarta merupakan titik di mana manusia dapat menyatu dengan Tuhan tatkala ia mampu menempuh kehidupan dengan benar dan “lurus”. Planologi Kota Yogyakarta menggambarkan makna dari filosofi tersebut melalui jalan yang membujur dari selatan ke utara. Namun, perjalanan kehidupan manusia tak lepas dari godaan kekuasaan dan kemewahan. Godaan kekuasaan digambarkan melalui kompleks Kepatihan, sedangkan godaan harta tergambar lewat pasar Beringharjo yang berada di sisi jalan antara Keraton dan Tugu Yogyakarta.
Jagat Ageng bermakna seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan mementingkan hati nurani ketimbang nafsu kekuasaan. Pemimpin harus melandaskan kepemimpinannya dengan berdasarkan keyakinan kepada Tuhan. Artinya, tindakan memimpin mestilah berdasar pada apa yang diperbolehkan/diperintahkan dan dilarang oleh Tuhan. Oleh karena itu, makna dari garis imajiner tersebut adalah bahwa manusia dapat berada dekat dan menyatu dengan Tuhannya ketika ia sudah dapat memaknai hakikat hidup yang sebenarnya serta berperilaku sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Tuhan.
Gunung Merapi juga diliputi mitos sebagai kerajaan makhluk halus. Masyarakat percaya bahwa Gunung Merapi dijaga oleh Kiai Sapujagad, patih Kesultanan Mataram Islam pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, yaitu Sultan Mataram Islam yang pertama. Namun, makhluk halus yang menghuni Merapi bukanlah makhluk yang jahat asalkan manusia senantiasa biasa menjaga dan menghargai Merapi sebagai entitas kehidupan. Atas dasar mitos tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Merapi melakukan berbagai upacara, misalnya Upacara Labuhan yang diadakan setiap tahun oleh Keraton Yogyakarta, kegiatan sedekah gunung, selamatan, dan lain sebagainya.
Di luar makna filosofis yang menghubungkan keberadaan Gunung Merapi, Laut Selatan, dan Keraton Yogyakarta, Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang memiliki keistimewaan tersendiri. Hingga saat ini, Gunung Merapi masih menjadi salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Sejak meletus pada tahun 1548, Gunung Merapi sudah meletus 68 kali. Aktivitas letusan kecil Merapi terjadi setiap 2-3 tahun dan letusan besar terjadi sekitar 10-15 tahun sekali – terakhir pada tahun 2006.
Letusan besar Gunung Merapi terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 inilah yang diklaim sebagai penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur. Sementara itu, letusan yang terjadi pada tahun 1930 menelan korban 1.369 jiwa. Aktivitas letusan yang sering terjadi mengakibatkan ketinggian dan bentuk puncak Merapi senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Mendaki Merapi menjadi tantangan tersendiri bagi Anda yang suka melakukan petualangan. Jalan setapak untuk mendaki Merapi tidak seperti laiknya jalur pendakian. Kadang-kadang jalan ini lebih menyerupai parit dari puncak gunung. Begitu pula medan sepanjang pendakian: berbatu, terjal, dan mudah longsor. Mendekati Puncak Garuda, para pendaki harus ekstra hati-hati dan tepat dalam mengambil keputusan karena tak jarang bebatuan yang diinjak justru longsor – yang bisa berakibat fatal.
Keistimewaan
Gunung Merapi menawarkan berbagai obyek wisata yang menarik. Di lereng selatan ada obyek wisata Kinahrejo yang sekaligus menjadi jalur pendakian dari sisi selatan. Di sini Anda dapat menikmati pemandangan alam yang indah atau berkunjung ke Tuk Pitu (tujuh mata Air). Atau Anda juga dapat bertemu langsung dengan Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi.
Anda juga dapat mengunjungi obyek wisata Kaliurang, Kalikuning, Kaliadem, atau Taman Nasional Gunung Merapi yang menjadi taman konservasi alam kawasan Gunung Merapi. Udara sejuk dan pemandangan yang indah di kawasan ini akan menyegarkan Anda setelah suntuk dengan rutinitas sehari-hari.
Lokasi
Secara administratif Gunung Merapi masuk di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Akses
Ada beberapa jalur pendakian yang dapat ditempuh untuk mendaki Merapi dengan tingkat kesulitan dan jarak tempuh yang berbeda-beda. Jalur yang bisa ditempuh para pendaki antara lain:
Pertama, jalur sisi selatan Gunung Merapi, melalui Dusun Kinahrejo. Jalur ini dapat dikatakan sebagai gerbang untuk masuk di Gunung Merapi. Pos pendakian berada di rumah Mbah Marijan. Pendakian dari jalur ini dapat ditempuh rata-rata 6-7 jam menuju puncak. Para pendaki yang menempuh jalur ini akan langsung berhadapan dengan medan yang relatif berat dengan kemiringan 30-34 derajat. Para pendaki pemula sebaiknya menghindari jalur ini karena medannya berat.
Untuk sampai di Kinahrejo, Anda dapat menggunakan kendaraan umum jurusan Yogyakarta–Kaliurang. Kemudian, dari Kaliurang menuju Kinahrejo ditempuh dengan berjalan kaki.
Kedua, jalur Selo berada di sisi utara lereng Gunung Merapi. Jalur ini cocok pagi para pendaki pemula karena medan pendakian yang tidak terlalu berat. Jalur ini dimulai dari posko pendakian yang menjadi basecamp para pendaki. Posko pendakian berada di Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Transportasi untuk mencapai dusun ini: dari Solo naik bus jurusan Semarang, turun di Boyolali. Dari Boyolali naik minibus menuju Selo, turun di pertigaan pasar Selo. Dari pertigaan pasar Selo menuju posko pendakian ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km. Perlu diperhatikan, minibus jurusan Selo hanya ada sampai jam 17.00 WIB.
Harga Tiket
Untuk mendaki Gunung Merapi, Anda cukup menuliskan identitas diri di buku tamu dan membayar tiket sebesar Rp 3000,00 per orang di posko pendakian.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di sekitar kawasan wisata Kaliurang, terdapat beberapa hotel yang tarifnya bervariasi. Ada juga beberapa restoran kecil yang menawarkan berbagai menu makanan. Selain itu, Anda dapat menggunakan posko pendakian, baik di Kinahrejo maupun di Plalangan, sebagai tempat beristirahat sebelum dan setelah melakukan pendakian. Bahkan, Anda boleh pula bermalam di sini. Di masing-masing posko, ada beberapa pemandu yang siap mengantar Anda mencapai puncak. Beberapa di antara mereka sekaligus berfungsi sebagai anggota SAR (Search and Rescue).
Biasanya, posko pendakian ini menyediakan makan dan minum dengan harga yang relatif murah. Para pemuda di sekitar posko itu biasanya menyediakan suvenir berupa stiker, kaos, gantungan kunci, dan pernak-pernik lainnya. Sebelum mulai mendaki, Anda harus membawa bekal air yang cukup karena Anda akan kesulitan mencari air di lereng Gunung Merapi.
Source : Wisata Merlayu
Gunung Merapi bertalian erat dengan mitos, kepercayaan, dan filosofi masyarakat Jawa, terutama masyarakat sekitar gunung tersebut. Hal ini digambarkan dengan garis imajiner yang menghubungkan antara Gunung Merapi dengan Laut Selatan (Samudera Indonesia) dengan Kota Yogyakarta sebagai titik pusat. Garis imajiner tersebut mempunyai dua aspek filosofis, yaitu jagat alit dan jagat ageng.
Jagat alit merupakan proses perjalanan kehidupan manusia sejak lahir hingga menghadap Yang Maha Kuasa. Tugu Yogyakarta merupakan titik di mana manusia dapat menyatu dengan Tuhan tatkala ia mampu menempuh kehidupan dengan benar dan “lurus”. Planologi Kota Yogyakarta menggambarkan makna dari filosofi tersebut melalui jalan yang membujur dari selatan ke utara. Namun, perjalanan kehidupan manusia tak lepas dari godaan kekuasaan dan kemewahan. Godaan kekuasaan digambarkan melalui kompleks Kepatihan, sedangkan godaan harta tergambar lewat pasar Beringharjo yang berada di sisi jalan antara Keraton dan Tugu Yogyakarta.
Jagat Ageng bermakna seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan mementingkan hati nurani ketimbang nafsu kekuasaan. Pemimpin harus melandaskan kepemimpinannya dengan berdasarkan keyakinan kepada Tuhan. Artinya, tindakan memimpin mestilah berdasar pada apa yang diperbolehkan/diperintahkan dan dilarang oleh Tuhan. Oleh karena itu, makna dari garis imajiner tersebut adalah bahwa manusia dapat berada dekat dan menyatu dengan Tuhannya ketika ia sudah dapat memaknai hakikat hidup yang sebenarnya serta berperilaku sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Tuhan.
Gunung Merapi juga diliputi mitos sebagai kerajaan makhluk halus. Masyarakat percaya bahwa Gunung Merapi dijaga oleh Kiai Sapujagad, patih Kesultanan Mataram Islam pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, yaitu Sultan Mataram Islam yang pertama. Namun, makhluk halus yang menghuni Merapi bukanlah makhluk yang jahat asalkan manusia senantiasa biasa menjaga dan menghargai Merapi sebagai entitas kehidupan. Atas dasar mitos tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Merapi melakukan berbagai upacara, misalnya Upacara Labuhan yang diadakan setiap tahun oleh Keraton Yogyakarta, kegiatan sedekah gunung, selamatan, dan lain sebagainya.
Di luar makna filosofis yang menghubungkan keberadaan Gunung Merapi, Laut Selatan, dan Keraton Yogyakarta, Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang memiliki keistimewaan tersendiri. Hingga saat ini, Gunung Merapi masih menjadi salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Sejak meletus pada tahun 1548, Gunung Merapi sudah meletus 68 kali. Aktivitas letusan kecil Merapi terjadi setiap 2-3 tahun dan letusan besar terjadi sekitar 10-15 tahun sekali – terakhir pada tahun 2006.
Letusan besar Gunung Merapi terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 inilah yang diklaim sebagai penyebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur. Sementara itu, letusan yang terjadi pada tahun 1930 menelan korban 1.369 jiwa. Aktivitas letusan yang sering terjadi mengakibatkan ketinggian dan bentuk puncak Merapi senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Mendaki Merapi menjadi tantangan tersendiri bagi Anda yang suka melakukan petualangan. Jalan setapak untuk mendaki Merapi tidak seperti laiknya jalur pendakian. Kadang-kadang jalan ini lebih menyerupai parit dari puncak gunung. Begitu pula medan sepanjang pendakian: berbatu, terjal, dan mudah longsor. Mendekati Puncak Garuda, para pendaki harus ekstra hati-hati dan tepat dalam mengambil keputusan karena tak jarang bebatuan yang diinjak justru longsor – yang bisa berakibat fatal.
Keistimewaan
Gunung Merapi menawarkan berbagai obyek wisata yang menarik. Di lereng selatan ada obyek wisata Kinahrejo yang sekaligus menjadi jalur pendakian dari sisi selatan. Di sini Anda dapat menikmati pemandangan alam yang indah atau berkunjung ke Tuk Pitu (tujuh mata Air). Atau Anda juga dapat bertemu langsung dengan Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi.
Anda juga dapat mengunjungi obyek wisata Kaliurang, Kalikuning, Kaliadem, atau Taman Nasional Gunung Merapi yang menjadi taman konservasi alam kawasan Gunung Merapi. Udara sejuk dan pemandangan yang indah di kawasan ini akan menyegarkan Anda setelah suntuk dengan rutinitas sehari-hari.
Lokasi
Secara administratif Gunung Merapi masuk di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Akses
Ada beberapa jalur pendakian yang dapat ditempuh untuk mendaki Merapi dengan tingkat kesulitan dan jarak tempuh yang berbeda-beda. Jalur yang bisa ditempuh para pendaki antara lain:
Pertama, jalur sisi selatan Gunung Merapi, melalui Dusun Kinahrejo. Jalur ini dapat dikatakan sebagai gerbang untuk masuk di Gunung Merapi. Pos pendakian berada di rumah Mbah Marijan. Pendakian dari jalur ini dapat ditempuh rata-rata 6-7 jam menuju puncak. Para pendaki yang menempuh jalur ini akan langsung berhadapan dengan medan yang relatif berat dengan kemiringan 30-34 derajat. Para pendaki pemula sebaiknya menghindari jalur ini karena medannya berat.
Untuk sampai di Kinahrejo, Anda dapat menggunakan kendaraan umum jurusan Yogyakarta–Kaliurang. Kemudian, dari Kaliurang menuju Kinahrejo ditempuh dengan berjalan kaki.
Kedua, jalur Selo berada di sisi utara lereng Gunung Merapi. Jalur ini cocok pagi para pendaki pemula karena medan pendakian yang tidak terlalu berat. Jalur ini dimulai dari posko pendakian yang menjadi basecamp para pendaki. Posko pendakian berada di Dusun Plalangan, Desa Lencoh. Transportasi untuk mencapai dusun ini: dari Solo naik bus jurusan Semarang, turun di Boyolali. Dari Boyolali naik minibus menuju Selo, turun di pertigaan pasar Selo. Dari pertigaan pasar Selo menuju posko pendakian ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km. Perlu diperhatikan, minibus jurusan Selo hanya ada sampai jam 17.00 WIB.
Harga Tiket
Untuk mendaki Gunung Merapi, Anda cukup menuliskan identitas diri di buku tamu dan membayar tiket sebesar Rp 3000,00 per orang di posko pendakian.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di sekitar kawasan wisata Kaliurang, terdapat beberapa hotel yang tarifnya bervariasi. Ada juga beberapa restoran kecil yang menawarkan berbagai menu makanan. Selain itu, Anda dapat menggunakan posko pendakian, baik di Kinahrejo maupun di Plalangan, sebagai tempat beristirahat sebelum dan setelah melakukan pendakian. Bahkan, Anda boleh pula bermalam di sini. Di masing-masing posko, ada beberapa pemandu yang siap mengantar Anda mencapai puncak. Beberapa di antara mereka sekaligus berfungsi sebagai anggota SAR (Search and Rescue).
Biasanya, posko pendakian ini menyediakan makan dan minum dengan harga yang relatif murah. Para pemuda di sekitar posko itu biasanya menyediakan suvenir berupa stiker, kaos, gantungan kunci, dan pernak-pernik lainnya. Sebelum mulai mendaki, Anda harus membawa bekal air yang cukup karena Anda akan kesulitan mencari air di lereng Gunung Merapi.
Source : Wisata Merlayu
Kamis, 07 Oktober 2010
Posted in |
Daerah Istimewa Yogyakarta
|
0 Comments »
One Responses to "Gunung Merapi, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta"