Secara keseluruhan, Taman Laut Nasional Bunaken meliputi area seluas 75.255 hektar dan terdiri dari lima pulau, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Kelima pulau tersebut memiliki jumlah populasi lebih dari 21.000 jiwa.
Kawasan Bunaken secara geografis masuk dalam perairan "Segi tiga emas" dimana kawasan ini menjadi habitat lebih dari 3.000 spesies ikan. Perairan "Segi tiga emas" yang dimaksud ialah perairan yang menghubungkan Laut Papua, Filipina, dan Indonesia. Lantaran kekayaan yang terkandung di dalamnya, pemerintah dan organisasi non pemerintah (nasional maupun internasional) bekerja sama untuk menjalankan program konservasi terumbu karang dan mangrove di kawasan Bunaken. Program konservasi terumbu karang ini bertujuan untuk menjaga ribuan jenis ikan laut dari kepunahan.
Melihat potensi alam dan juga aktivitas konservasi ekologi laut di kawasan ini, maka pemerintah setempat yakni Kota Manado menggagas kawasan Bunaken sebagai objek wisata bahari dan pendidikan. Aspek keindahan alam di laut dan edukasi menjadi menu utama berwisata di Taman Laut Nasional Bunaken. Oleh karenanya, kawasan Bunaken diresmikan sebagai taman laut nasional oleh Menteri Kelautan pada tahun 1991.
Keistimewaan
Hampir bisa dipastikan bahwa wisatawan akan menyempatkan diri mengunjungi Taman Laut Nasional Bunaken ketika berlibur ke Manado, Sulawesi Utara. Kendati kawasan taman laut ini memiliki gugusan yang terdiri atas lima pulau, Pulau Bunaken-lah yang paling tersohor.
Bunaken ialah sebuah pulau seluas kurang lebih 8 kilometer persegi di Teluk Manado. Pulau ini merupakan bagian dari Kota Manado, ibukota Propinsi Sulawesi Utara. Di sekitar Pulau Bunaken, terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kelautan Manado Tua dimana ia menjadi salah satu taman laut yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Oleh karenanya, fasilitas selam scuba (scuba diving) dapat menarik banyak wisatawan ke pulau ini. Meskipun meliputi area seluas 75.265 hektar, lokasi penyelaman hanya terbatas di sekitar pantai-pantai yang mengelilingi kelima pulau tersebut. Petugas taman laut melarang pengunjung menyelam sampai ke tengah laut karena dikhawatirkan akan lepas dari pantauan petugas pantai.
Kini, Bunaken mempunyai sedikitnya 40 tempat penyelaman yang kaya akan ikan-ikan tropis dan terumbu karang. Pengunjung dapat menyelam dan menyaksikan 150 spesies dari 58 genus ikan-ikan serta terumbu karang di kawasan Taman Laut Nasional Bunaken. Dijamin penyelam akan takjub dengan kekayaan taman laut ini.
Taman Laut Nasional Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam diantaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi oleh penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.
Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut. Di wilayah inilah terdapat underwater great walls atau yang disebut juga hanging walls atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken. Fenomena alam laut yang ada di Bunaken, hampir pasti tidak bisa ditemukan di taman laut lain. Berwisata di taman laut ini baik untuk perkembangan pengetahuan orang dewasa dan anak-anak tentang alam laut.
Selain kemasyhuran pesona dalam laut, pulau-pulau di kawasan taman nasional ini menghadirkan suasana natural. Pengunjung dapat bercengkerama bersama keluarga maupun orang terkasih pada sore hari di pinggir pantai dimana sang surya tidak lagi memancarkan panas sinarnya sembari menikmati sajian masakan favorit yang dapat dipesan di restoran di resort yang pengunjung pilih.
Lokasi
Pulau Bunaken berada di perairan Laut Sulawesi. Taman Laut Nasional Bunaken berada di sekitar pulau itu, yakni di sebelah utara Teluk Manado yang masih dalam wilayah administrasi pemerintah Kota Manado, Propinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Akses
Taman laut ini terletak sekitar 5000 kaki atau 1,5 kilometer dari Kota Manado. Menuju ke taman laut ini pengunjung harus menggunakan perahu motor dari tepian pantai di Teluk Kota Manado. Biaya menyewa perahu motor ini relatif murah, kendati harga yang ditawarkan beragam.
Harga Tiket Masuk
Pengunjung yang akan masuk kawasan Taman Laut Bunaken dikenakan tiket sekali masuk sebesar Rp 50.000 tiap orangnya. Biaya ini berlaku bagi yang ingin menyelam dan tidak. Selain itu, ditawarkan pula tiket yang berlaku untuk satu tahun sebesar Rp 150.000. Bila pengunjung membeli tiket masuk satu tahun, maka akan diberikan semacam lencana dari plastik sebagai tanda masuk.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Wisatawan dapat menemui dan memilih langsung tempat menginap dari berbagai resort maupun homestay yang ada di sekitar lokasi. Terdapat pula jasa penyewaan alat selam dan instrukturnya. Instruktur diving yang disediakan menguasai bahasa Inggris, Jerman, Belanda dan Perancis. Di kawasan ini, kolam renang, hot shower, dan restoran tidak sulit didapatkan.
Source : Wisata Melayu
Provinces
- Bali (1)
- Bangka Belitung (1)
- Banten (1)
- Bengkulu (1)
- Daerah Istimewa Yogyakarta (3)
- DKI Jakarta (3)
- Gorontalo (1)
- Jambi (1)
- Jawa Barat (1)
- Jawa Tengah (2)
- Jawa Timur (16)
- Kalimantan Barat (2)
- Kalimantan Selatan (2)
- Kalimantan Tengah (2)
- Kalimantan Timur (1)
- Kepulauan Riau (5)
- Lampung (1)
- Maluku (2)
- Maluku Utara (1)
- Nanggroe Aceh Darussalam (2)
- Nusa Tenggara Barat (2)
- Nusa Tenggara Timur (1)
- Papua (1)
- Papua Barat (1)
- Riau (1)
- Sulawesi Barat (1)
- Sulawesi Selatan (1)
- Sulawesi Tengah (2)
- Sulawesi Tenggara (1)
- Sulawesi Utara (1)
- Sumatera Barat (9)
- Sumatera Selatan (1)
- Sumatera Utara (1)
Blog Archive
-
▼
2009
(59)
-
▼
Agustus
(42)
- Taman Laut Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara
- Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramide), Kab. Punca...
- Perairan Raja Ampat, Kab. Raja Ampat, Propinsi Pap...
- Taman Laut Selat Pantar, Kab. Alor, Propinsi NTT
- Gunung Rinjani, Kab. Lombok Barat, Timur dan Tenga...
- Pantai Sanur, Kota Denpasar, Propinsi Bali
- Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Propinsi DIY
- Bledug Kuwu, Kab. Grobogan, Jawa Tengah
- Masjid Kubah Emas, Kota Depok, Jawa Barat
- Pantai Anyer, Kab. Serang, Propinsi Banten
- Gunung Gamalama, Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara
- Wisata Bahari Laut Banda, Kab. Maluku Tengah, Prop...
- Pentadio Resort, Kab. Gorontalo, Propinsi Gorontalo
- Taman Nasional Wakatobi, Kab. Wakatobi, Sulawesi T...
- Pantai Lombang-lombang, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat
- Taman Wisata Wera, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah
- Kota Kalong, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan
- Bukit Bangkirai, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimanta...
- Pulau Kembang, Kab. Barito Utara, Kalimantan Selatan
- Taman Nasional Tanjung Puting, Kab. Kotawaringin B...
- Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kab. Sintang...
- Taman Nasional Way Kambas, Kab. Lampung Timur&Teng...
- Pantai Teluk Uber, Kab, Bangka, Bangka Belitung
- Arung Jeram Sungai Manna, Kab. Lahat, Sumatera Sel...
- Danau Dendam Tak Sudah, Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu
- Situs Candi Muaro Jambi, Kab. Muara Jambi, Propins...
- Air Terjun Sipiso-piso, Kab. Karo, Sumatera Utara
- Danau Laut Tawar, Kab. Aceh Tengah, Nanggroe Aceh ...
- Pantai Selat Baru, Kab. Bengkalis, Riau
- Gunung Bintan, Kab. Bintan, Kepulauan Riau
- Jembatan Barelang, Kota Batam, Kepulauan Riau
- Gunung Daik "Bercabang Tiga", Kab. Lingga, Kepulau...
- Lubang Jepang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat
- Benteng Fort de Kock, Kota Bukittinggi, Sumbar
- Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi & Kab. Agam, Sumbar
- Jam Gadang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat
- Berselancar di Kab. Kepulauan Mentawai, Sumbar
- Kerajinan Perak dan Songket Koto Gadang, Kab. Agam...
- Majid Raya Bayur, Kab. Agam, Sumbar
- Gunung Marapi, Kab. Agam & Kab. Tanah Datar, Sumbar
- Danau Maninjau, Kab. Agam, Sumatera Barat
- Wisata Tekstil "La Gross", Kab. Malang, Jatim
-
▼
Agustus
(42)
Sponsor
Jika Anda menyangka bahwa di daerah tropis tak akan menemukan pegunungan yang diselimuti salju, Anda dapat meralat anggapan tersebut setelah berkunjung ke Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Propinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih singkat disebut Puncak Jaya memiliki ketinggian mencapai kurang lebih 4.884 meter di atas permukaan laut (dpl), sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti salju abadi.
Namun, salju abadi tersebut diperkirakan bakal menyusut, bahkan mengering. Dalam sejumlah penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami penyusutan yang serius. Dalam situs http://aapgscundip.wordpress.com disebutkan, penyusutan salju di Pegunungan Sudirman ini diakibatkan oleh pemanasan global. Sehingga, bukan tidak mungkin kelak pegunungan ini akan kehilangan salju seperti yang terjadi pada Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Nah, sebelum perkiraan itu betul-betul menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.
Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak tertinggi ini juga terkenal dengan sebutan Carstenz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Situs http://www.absoluteastronomy.com mengatakan, nama tersebut diambil dari seorang petualang dari negeri Belanda, yakni Jan Carstensz, yang pertama kali melihat adanya puncak bersalju di daerah tropis, sepatnya di Pulau Papua. Pengamatan tersebut dilakukan oleh Jan Crastensz melalui sebuah kapal laut pada tahun 1623. Karena belum bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung, laporan itu dianggap mengada-ada. Sebab, bagi orang Eropa, menemukan pegunungan bersalju di tanah tropis adalah sesuatu yang hampir mustahil.
Kebenaran laporan Carstensz terungkap setelah hampir tiga ratus tahun kemudian, ketika tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda membuat peta Pulau Papua dan menemukan puncak gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Crastensz. Untuk menghormati Carstensz, maka puncak gunung tersebut kemudian diberi nama sesuai namanya. Sedangkan sebutan Puncak Jayawijaya merupakan pemeberian Presiden Soekarno setelah berhasil merengkuh kedaulatan Papua Barat dari Belanda. Nama ini mengandung makna "puncak kemenangan", sebagai ungkapan syukur atas bersatunya Papua Barat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendaki pertama yang tercatat pernah menaklukkan Puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki ulung dan pengarang kawakan. Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah nyata pengembaraan dan persahabatannya di pegunungan Himalaya, Tibet. Sebelum Harrer, sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, namun belum pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Azwar Hamid dari Direktorat Topografi Angkatan Darat ini berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964.
Keistimewaan
Gunung Jayawijaya dikenal sebagai salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia (seven summit). Oleh sebab itu, mendaki puncak setinggi 4.884 meter di atas permukaan air laut merupakan cita-cita para pendaki sejati, apalagi pendakian ke Puncak Jaya merupakan penaklukkan terhadap gunung berselimut salju. Berbagai rintangan yang disuguhkan dalam pendakian, seperti kondisi alam yang terjal, suhu yang sangat dingin, angin kencang dan hujan, serta minimnya oksigen di daerah ketinggian merupakan tantangan yang harus ditaklukkan oleh para pendaki.
Puncak Jayawijaya merupakan salah satu puncak gunung bersalju yang ada di perlintasan garis khatulistiwa, selain di pegunungan di Afrika dan Amerika Latin. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya nampak seperti permadani hitam yang diselimuti oleh tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan. Kandungan es di pegunungan ini diperkirakan mencapai 5 persen dari cadangan es dunia yang berada di luar Benua Antartika. Namun akibat pemanasan global, jumlah tersebut dari tahun ke tahun kian menyusut. Jika dilihat dari tipe gletsernya, menurut website http://aapgscundip.wordpress.com kawasan bersalju di Jayawijaya masuk ke dalam tipe Alpine Glaciation, yaitu aliran gletser yang mengalir dari tempat tinggi menuju daerah yang lebih rendah. Oleh sebab itu, di daerah ini dimungkinkan terdapat aliran sungai es.
Tak hanya menikmati pesona alam bersalju di daerah tropis, di pegunungan ini wisatawan juga dapat menyaksikan langsung bukti-bukti geologis mengenai sejarah pembentukan Pegunungan Jayawijaya. Penelitian-penelitian geologi menemukan bukti-bukti empirik bahwa pegunungan ini semula merupakan dasar laut yang dalam. Seorang ahli geologi bernama Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo dalam http://www.e-samarinda.com menyebutkan bahwa pembentukan Pulau Papua dengan puncaknya di Jayawijaya terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pulau ini terbentuk dari bebatuan sedimen yang terangkat akibat tumbukan lempeng Indo-Pasifik dan Indo-Australia di dasar laut, sehingga mengakibatkan dasar laut terangkat menjelma menjadi sebuah pulau besar. Bukti-bukti tersebut dapat dilihat dari fosil hewan-hewan laut yang tertinggal di bebatuan Pegunungan Jayawijaya. Oleh sebab itu, selain menjadi surga bagi para pendaki, kawasan ini juga merupakan surga bagi penelitian geologis.
Jika Anda berminat menjelajahi Pegunungan Jayawijaya, tentu saja hal utama yang perlu dipersiapkan adalah kesiapan fisik, perbekalan, dan logistik. Latihan rutin di daerah dengan suhu yang cukup dingin merupakan salah satu pembiasaan yang cukup efektif untuk menghindari ancaman hipotermia (hypothermia), yaitu hilangnya panas tubuh karena berada di daerah yang bersuhu sangat dingin. Di samping itu, aspek perizinan juga harus dipersiapkan jauh jari sebelum pelaksanaan pendakian. Sebab, selain karena medannya yang berat, kawasan Papua kerap kali dilanda kerusuhan, perang antar suku, serta gangguan bencana alam lainnya. Sulitnya perizinan untuk mendaki "atap Indonesia" ini kerap memunculkan ungkapan satir: "lebih sulit mengurus izinnya daripada mendaki gunungnya".
Lokasi
Pegunungan Jayawijaya terletak di Kabupaten Puncak Jaya, Propinsi Papua, Indonesia.
Akses
Mengingat medan pendakian yang berat, proses perizinan yang rumit, serta jaminan keamanan ketika proses pendakian, sebaiknya para pendaki memanfaatkan jasa agen perjalanan yang berpengalaman. Berbagai agen perjalanan yang memiliki reputasi internasional telah menyediakan dua pilihan jalur pendakian, yaitu jalur klasik melalui Desa Ilaga, atau jalur kedia yang lebih nyaman dengan menumpang helikopter menuju basecamp Bukit Danau (Danau Valley).
Jasa agen perjalanan tersebut biasanya akan menangani juga masalah perizinan, transportasi dari Jakarta menuju Papua, persewaan helikopter menuju base camp, pemandu pendakian, asuransi, serta latihan dan pengkondisian tim sebelum pendakian. Tentu saja, biaya per orang untuk satu tim pendakian dengan menggunakan jasa agen perjalanan memerlukan biaya yang cukup besar, yaitu sekitar 10.000 USD per orang (atau sekitar seratus juta rupiah).
Harga Tiket
Masih dalam proses konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Apabila Anda memanfaatkan jasa agen perjalanan, keperluan akomodasi dan berbagai fasilitas untuk pendakian biasanya telah menjadi bagian dari tanggung jawab agen perjalanan tersebut.
Source : Wisata Melayu
Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramide), Kab. Puncak Jaya, Papua
Bagi masyarakat kebanyakan, Papua lebih banyak dikenal dengan kebudayaannya yang masih sangat sederhana, pakaiannya yang unik (koteka misalnya), serta sumber daya alamnya yang melimpah. Namun bagi para penyelam dan pecinta dunia bawah laut, Papua adalah surga penyelam yang menyajikan kekayaan biota laut yang mengagumkan. Salah satu yang terkenal adalah perairan Raja Ampat. Kawasan ini dijuluki sebagai Coral Reef Paradise (surga terumbu karang) oleh para penyelam dunia. Lokasinya berada di atas "kepala burung" Pulau Papua, tepatnya di Propinsi Papua Barat.
Raja Ampat adalah kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong dengan luas wilayah kurang lebih 4,6 juta hektar. Sekitar 85% dari luas wilayahnya merupakan lautan, sementara sisanya adalah gugusan pulau dan karang atol sejumlah kurang lebih 610 pulau. Dari ratusan pulau-pulau tersebut, hanya 35 pulau saja yang dihuni oleh penduduk asli. Nama Raja Ampat sendiri berasal dari cerita rakyat setempat tentang asal muasal penguasa di empat pulau terbesar di kawasan ini, yaitu Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo. Dalam cerita tersebut disebutkan, dahulu kala ada seorang perempuan yang menemukan 7 buah telur, dimana empat diantaranya menetas dan menjelma menjadi pangeran-pangeran. Para pangeran ini lalu terpisah dan menjadi raja di keempat pulau, sehingga kelak kawasan ini kemudian dijuluki Raja Ampat.
Kepulauan Raja Ampat tak hanya dianggap sebagai taman laut terbesar di Indonesia, namun juga diyakini memiliki kekayaan biota laut terbesar di dunia. Terkuaknya panorama alam bawah laut Raja Ampat bermula ketika seorang penyelam ulung berkebangsaan Belanda bernama Max Ammer mengunjungi kawasan ini. Situs http://ngm.nationalgeographic.com menyebutkan, kunjungan pertama Max Ammer pada tahun 1990 ke Raja Ampat bermula dari keinginannya untuk menelusuri kapal dan pesawat yang karam pada masa Perang Dunia II. Penelusurannya ini sangat berkesan, sehingga pada tahun 1998 ia mengajak Gerry Allen, seorang ahli perikanan (Ichthyologist) dari Australia untuk mengadakan survei di tempat ini. Betapa terkejutnya Gerry Allen melihat sumber daya bawah laut yang begitu beragam dalam jumlah yang sangat besar.
Gerry Allen kemudian mengontak Conservation International (CI) untuk mengadakan survei kekayaan bawah laut di perairan Raja Ampat pada tahun 2001 dan 2002. Hasil survei ini membuktikan bahwa perairan Raja Ampat merupakan kawasan terumbu karang dengan kekayaan biota laut terbesar di dunia. Masih menurut situs http://ngm.nationalgeographic.com, kawasan ini memiliki setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, serta 700 jenis kerang, belum lagi berbagai jenis kura-kura, ganggang, dan ubur-ubur.
Keistimewaan
Dalam catatan fotografi bawah laut di kawasan Raja Ampat, Imam Brotoseno dalam http://dunialaut.com menyebutkan bahwa kandungan kekayaan biota laut Raja Ampat paling besar di seluruh area segitiga koral dunia, yaitu Philipina-Indonesia-Papua Nugini. Segitiga koral ini merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan konservasi perlindungan alam internasional. Dari sekitar 600-an jenis terumbu karang di dunia, 75% diantaranya berada di perairan Raja Ampat.
Dengan begitu luasnya perairan Raja Ampat serta kekayaan bito lautnya yang beragam, maka wisatawan yang ingin menikmati panorama bawah laut dapat memilih beberapa titik penyelaman. Di sekitar Pulau Kri, misalnya, wisatawan dapat menyaksikan keindahan terumbu karang serta berbagai jenis ikan yang sangat menakjubkan, termasuk jenis ikan Queensland Grouper yang terkenal, ikan Kuwe, Kakap, Kerapu, Hiu Karang, Tuna, Napoleon Wrasse, Barracuda, serta Giant Trevally. Kekayaan berbagai jenis ikan di kawasan Pulau Kri ini pernah dibuktikan oleh Gerry Allen (dalam http://dunialaut.com), dimana dalam sekali menyelam ia mencatat setidaknya terdapat 283 jnis ikan. Jumlah yang sangat mencengangkan untuk satu kali penyelaman.
Titik penyelaman lainnya adalah di Sardine Reef dengan kedalaman sekitar 10 meter. Tempat ini menyajikan berbagai jenis ikan termasuk ikan Parrotfish yang memiliki warna yang cemerlang. Apabila ingin mencoba sensasi berada dalam terowongan batu karang, wisatawan dapat menyelam di sekitar Kepulauan Kaboei Bay Rock. Di kepulauan ini terdapat sebuah teluk yang di bawahnya merupakan sebuah terowongan batu karang. Di Kaboei Bay Rock juga terdapat gua-gua karang yang dihuni kelelawar, serta di beberapa tempat ditemukan sisa-sisa tulang manusia.
Masih banyak lagi titik-titik penyelaman yang dapat ditelusuri oleh para penyelam, seperti di The Passage, Pulau Fam, serta Pulau Misool. Selain menikmati kekayaan biota laut, wisatawan dapat pula menikmati situs-situs sejarah bawah laut, diantaranya kapal perang serta pesawat tempur yang karam di perairan Raja Ampat. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa menikmati keindahan pulau-pulau di wilayah Raja Ampat. Daratan pulau-pulau di kawasan ini relatif masih perawan, laguna dan teluknya cukup terlindungi, memiliki hamparan pantai yang mempesona, serta laut yang jernih.
Lokasi
Wisata bahari Raja Ampat terletak di Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat, Indonesia
Akses
Wisatawan yang berminat mengunjungi Raja Ampat dapat bertolak dari Jakarta atau kota-kota besar lainnya menuju Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Penerbangan dari Jakarta menuju Sorong biasanya transit terlebih dahulu di Makassar atau di Manado. Dari Bandara Domine Eduard Osok, wisatawan bisa segera melanjutkan perjalanan menuju Raja Ampat menggunakan kapal cepat berkapasitas 10 orang dengan biaya sekitar 3,2 juta rupiah sekali jalan. Perjalanan dengan kapal cepat memerlukan waktu sekitar 3-4 jam.
Harga Tiket
Tidak ada tiket khusus untuk memasuki kawasan perairan Raja Ampat. Hanya saja, ongkos untuk menyewa kapal motor, peralatan selam, serta instruktur yang berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah dalam sekali penyelaman. Proses menyelam biasanya dilakukan berkali-kali untuk menikmati titik-titik penyelaman yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, para penyelam disarankan berkelompok untuk menekan jumlah pengeluaran yang relatif mahal.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di kawasan wisata bawah laut Raja Ampat wisatawan dapat memperoleh fasilitas yang memadai di beberapa resort yang ada, seperti di Pulau Kri, Waigeo, Mansuar, serta Misool. Beberapa resort menetapkan harga yang relatif mahal karena menyuguhkan fasilitas yang lengkap. Namun wisatawan dengan budget lebih rendah dapat memanfaatkan resort milik pemerintah yang jauh lebih murah.
Alternatif lain adalah dengan cara memilih menginap berhari-hari di atas kapal (Liveaboard) dengan menyewa kapal Pinisi yang telah dimodifikasi khusus untuk kegiatan penyelaman beberapa hari. Kapal ini memiliki kapasitas maksimal 14 orang, dengan biaya sekitar Rp 90 juta sampai Rp 110 juta untuk pelayaran selama seminggu.
Source : Wisata Melayu
Perairan Raja Ampat, Kab. Raja Ampat, Propinsi Papua Barat
Selat Pantar merupakan laut yang memisahkan antara Pulau Alor dan Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata terdapat 100 kunjungan wisata asing per-tahun yang datang menyelam di Taman Laut Selat Pantar. Semenjak krisis ekonomi melanda, tahun 2001 tercatat 187 penyelam, namun tahun berikutnya hanya 109 penyelam. Angka ini boleh dibilang cukup kecil mengingat potensi Taman Laut Selat Pantar yang sangat besar.
Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh dunia.
Keindahan Taman Laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate dan Pulau Pura.
Keistimewaan
Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang mempesona wisatawan. Ke 26 titik diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter's Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Patch; Nite Delht; Kal's Dream; The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man's Land; The Chatedral; School's Ut; hingga titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver.
Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies langka.
Lokasi
Taman Laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Akses Menuju Lokasi
Wisatawan bisa datang dari Kupang dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh 12-13 jam menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan pelabuhan Kalabahi yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar.
Tiket Masuk
Setiap pengunjung tidak dikenai biaya tiket masuk.
Akomodasi
Di Kepulauan Alor tersedia rumah makan, penginapan, pemandu wisata, dan perdagangan souvenir khas Pulau Pantar.
Source : Wisata Melayu
Taman Laut Selat Pantar, Kab. Alor, Propinsi NTT
Nama 'Rinjani' berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti "Yang Agung". Menurut dongeng suku Sasak, gunung ini merupakan kediaman Putri Anjani, putri dari dewa tertinggi Pulau Lombok. Sejak tahun 1990, kawasan gunung seluas kurang lebih 41.330 hektar ini dinyatakan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan. Gunung Rinjani (3.726 meter) yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia mempunyai iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 1.066 mm per tahun.
Keistimewaan
Jalannya yang cukup terjal dan curam serta jalurnya yang berkelok-kelok menjadikan lokasi Gunung Rinjani cukup menantang para penggemar tracking dan pecinta alam. Suhu yang relatif tidak stabil semakin menambah nilai tantangan yang dimiliki gunung yang masih aktif ini.
Gunung Rinjani memiliki Danau Segara Anak, di puncaknya yang dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya setiap tahun secara massal untuk melaksanakan upacara adat. Danau Segara Anak seluas 156 hektar dikelilingi oleh tebing-tebing yang merupakan dinding kaldera berwarna-warni, sangat menarik para pengunjung. Begitu pula dengan air danau yang berwarna-warni pada ketinggian 2.008 meter di atas permukaan air laut, serta pemandangan alam yang sangat menakjubkan.
Selain itu, dari puncak Gunung Rinjani, para wisatawan dapat menikmati pemandangan ke arah danau dan keseluruhan kawasan pegunungan. Bila cuaca dalam keadaan cerah, wisatawan dapat melihat keseluruhan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Gunung Rinjani ini juga memiliki air terjun di Otak Kokok Gading dan Sendang Gile yang banyak dikunjungi para pengunjung terutama pada hari-hari libur.
Lokasi
Secara administratif, gunung yang menjadi favorit bagi para pendaki ini berada di tiga wilayah kabupaten, yaitu Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Akses
Bagi para pecinta alam, ada tiga jalur yang bisa ditempuh untuk menuju Gunung Rinjani, yakni Jalur Sembalun, Jalur Senaru dan Jalur Torean.
* Jalur Sembalun : Dari Kota Mataram menuju Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (4-5 jam dengan kendaraan umum), dari Sembalun ke Puncak Rinjani (7 jam jalan kaki)
* Jalur Senaru : Dari Kota Mataram menuju Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat 93-4 jam dengan kendaraan umum), dari Senaru ke Puncak Rinjani (9-10 jam jalan kaki)
* Jalur Torean : Dari Kota Mataram menuju Desa Torean, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat (4-5 jam dengan kendaraan umum), dari Torean ke puncak Rinjani 8-9 jam jalan kaki)
Harga Tiket Masuk
Masih dalam proses konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Banyak fasilitas guide yang disediakan masyarakat lokal jika Anda ingin melakukan pendkian ke Gunung Rinjani. Bagi pendaki gunung yang membutuhkan jasa guide, penduduk sekitar banyak yang siap memenuhi kebutuhan itu.
Source : Wisata Melayu
Gunung Rinjani, Kab. Lombok Barat, Timur dan Tengah, NTB
Pantai Sanur merupakan salah satu pantai di Pulau Bali yang menarik untuk dikunjungi. Keindahan panorama alamnya membuat Pantai Sanur terkenal bahkan sejak zaman dahulu. Dalam sejarah Bali kuno, Pantai Sanur terkenal sebagai pantai yang indah, hal itu nampak dalam Prasasti Raja Kasari Warmadewa, seorang raja yang berkeraton di Singhadwala pada tahun 917 Masehi. Sekarang, prasasti tersebut terdapat di daerah Blanjong, bagian selatan Pantai Sanur.
Pada masa kolonial Belanda, Pantai Sanur terkenal sebagai lokasi pendaratan bala tentara Belanda ketika akan menyerang Kerajaan Badung yang dianggap membangkang pada pemerintah kolonial. Perang yang terjadi pada tanggal 18 November 1906 itu kemudian dikenal sebagai Puputan Badung, yaitu semangat perang sampai mati yang dipraktikkan oleh Raja Badung dan pengikutnya.
Dari segi pariwisata, Pantai Sanur mulai dikenalkan ke dunia internasional oleh A.J Le Mayeur, seorang pelukis dari Belgia yang datang ke Bali pada tahun 1932. Melihat daya tarik Pantai Sanur yang sangat indah, maka Le Mayeur memutuskan untuk menetap di Sanur dengan mendirikan sanggar melukis. La Mayeur kemudian menikah dengan gadis Bali bernama Ni Nyoman Pollok, seorang penari Legong yang terkenal dan merupakan salah satu model lukisannya. Melalui lukisan Le Mayeur, Pantai Sanur mulai dikenal oleh dunia internasional. Saat ini, sanggar lukis tersebut telah menjadi Museum La Mayeur dan dapat dikunjungi oleh publik. Museum La Mayeur berada dalam area wisata Pantai Sanur.
Keistimewaan
Berbeda dengan Pantai Kuta yang menyajikan keindahan matahari terbenam (sunset), Pantai Sanur terkenal karena keindahan panorama matahari terbit (sunrise). Topografinya yang melengkung dengan hamparan pasir putih yang membentang membentuk gugusan pantai yang elok. Di pagi hari, sembari menikmati detik-detik terbitnya mentari yang mempesona, wisatawan dapat menyaksikan gugusan Pulau Nusa Penida di sebelah tenggara serta panorama pantai selatan di Pulau Bali.
Pemandangan di sore hari juga tak kalah menarik. Surutnya air laut memperjelas pandangan mata pada gugusan Pulau Serangan dan bukit batu karang yang menjorok ke laut di sebelah selatan Pantai Sanur. Tak hanya itu, gelombang air laut tidak begitu besar, wisatawan dapat menyaksikan keindahan batu karang yang membentang berwarna-warni.
Lokasi
Pantai Sanur terletak di Desa Sanur, Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, Propinsi Bali, Indonesia.
Akses
Pantai Sanur berjarak sekitar 6 km dari pusat Kota Denpasar dan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor. Jika ingin menggunakan kendaraan umum (bemo), wisatawan tak perlu khawatir karena kendaraan umum sangat ramai mondar-mandir antara Sanur-Denpasar.
Harga Tiket
Masih dalam konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Kawasan Sanur merupakan kawasan pengembangan wisata pertama di Bali, ditandai dengan hadirnya hotel-hotel berbintang serta berbagai macam restoran. Oleh karena itu, wisatawan tak perlu khawatir jika membutuhkan penginapan atau warung makan di sekitar pantai ini. Selain itu, kawasan wisata Pantai Sanur juga menyediakan kios-kios souvenir yang menjual berbagai barang kesenian serta oleh-oleh khas pantai.
Source : Wisata Melayu
Pantai Sanur, Kota Denpasar, Propinsi Bali
Di Kota Yogyakarta, dimana banyak orang menyebut kota ini memiliki sejuta kenangan, terdapat satu kawasan belanja legendaris, yakni Malioboro. Penamaan 'Malioboro' diadopsi dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811-1816 Masehi, yakni Marlborough.
Malioboro memang sengaja dibangun di jantung kota Yogyakarta oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda di awal abad ke 19 sebagai pusat aktivitas perekonomian dan pemerintahan. Kawasan ini secara simbolis juga berfungsi untuk menandingi dominasi kekuasaan Sultan Mataram melalui kemegahan keratonnya.
Untuk tujuan tersebut, didirikanlah Benteng Vredeburg pada tahun 1765 yang kini menjadi museum dan arena wisata publik. Selain itu, pemerintah kolonial juga membangun Gedung Agung pada tahun 1832 Masehi, Pasar Beringharjo, Hotel Garuda yang merupakan tempat menginap dan berkumpul para elite kolonial ketika itu, dan kawasan pertokoan (perekonomian) Malioboro itu sendiri. Posisi semua bangunan tersebut berada di depan (utara) Alun-alun yang menjadi halaman keraton. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial yang terletak di kawasan Malioboro tersebut menjadi saksi bisu perjalanan kota yang kerap disebut kota pelajar ini dari masa ke masa. Kelak, kawasan ini direncanakan akan menjadi sebuah kawasan pedestrian agar mengurangi kemacetan kendaraan bermotor dan polusi udara di dalam kota.
Keistimewaan
Sebagai kawasan wisata, Maliobor menyajikan berbagai variasi aktivitas berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional khas Malioboro, hingga bentuk-bentuk aktivitas belanja modern.
Beragam cara belanja khas Malioboro salah satunya ialah proses tawar-menawar berbagai cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini. Para pedagang itu menjual beraneka cenderamata dan kerajinan yang terbuat dari perak, gerabah, kain batik, kayu, kulit dan lain sebagainya. Namun jangan heran apabila penjaja menawarkan souvenir yang diminati dengan harga Rp 50.000. Tawaran seperti ini harus disusul dengan proses tawar-menawar dari wisatawan sehingga harga dapat turun drastis hingga misalnya, si pedagang melepasnya dengan harga Rp 10.000 saja. Hal ini juga dapat wisatawan lakukan ketika mengunjungi Pasar Tradisional Beringharjo yang masih satu area dengan Malioboro. Inilah keunikan dari tradisi wisata belanja di Malioboro.
Berbeda dengan berbelanja di sepanjang jalan Malioboro ini, di toko-toko di kawasan Maliobor, wisatawan dapat membeli barang-barang yang diminati, mulai dari batik, berbagai souvenir, pakaian, dan lain sebagainya tanpa adanya proses tawar-menawar. Di sini, nampak Malioboro juga hadir sebagai kawasan perbelanjaan modern.
Mengunjungi kawasan ini ibarat pepatah "sambil menyelam minum air". Malioboro dekat dengan obyek-obyek wisata sejarah, wisata arsitektur peninggalan kolonial, dan juga wisata belanja tradisional lainnya. Obyek-obyek wisata sejarah yang berada di sekitar Maliobor diantaranya : Keraton Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan Kampung Kauman. Sedangkan pada wisata arsitektur peninggalan kolonial di Yogyakarta yang masih dapat disaksikan seperti Gedung Societet (sekarang Taman Budaya), Hotel Inna Garuda, Bank Indonesia, dan Bank BNI'46. Dua obyek wisata belanja tradisional di dekat kawasan ini, yaitu Pasar Ngasem dan Pasar Beringharjo. Selain itu, bagi wisatawan yang gemar membaca, kawasan ini juga menyediakan perpustakaan umum milik Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain pelbagai keragaman suasana di atas, wisatawan juga dapat menyaksikan kekhasan lain Malioboro berupa puluhan becak dan andong wisata khas Yogyakarta yang diparkir paralel di sebelah kanan jalan di jalur lambat kawasan ini yang siap mengantar wisatawan berkeliling Malioboro dan sekitarnya. Sedangkan di sebelah kiri jalan, wisatawan dapat melihat ratusan sepeda motor diparkir berjajar di sepanjang trotoar Malioboro yang menjadi tanda bahwa Malioboro adalah kawasan ramai pengunjung.
Segala aktivitas turisme di atas biasanya dilakukan pada siang hari hingga malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Di malam harinya, Malioboro menyuguhkan kepada wisatawan nuansa makan malam dengan berbagai pilihan menu di warung-warung lesehan khas Yogyakarta yang berjejer rapi di tepi jalan Malioboro. Para musisi jalanan akan menghampiri dan menemani santap malam wisatawan di berbagai warung lesehan ini. Masakan lezat, lantunan lagu-lagu dari para musisi jalanan, terang lampu kota, dan semilir angin berhembus di malam hari membuat wisatawan kerasan dan akan mengenang Malioboro sebagai kawasan yang seolah tak tertandingi.
Lokasi
Kawasan ini terletak di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Hanya sekitar 800 meter dari Keraton Yogyakarta.
Akses
Lantaran menjadi kawasan andalan pariwisata di Yogyakarta, wisatawan memiliki banyak pilihan transportasi yang sesuai untuk sampai di Malioboro.
Wisatawan bisa naik bus : bus kota (menggunakan Jalur 4) dan bus Trans Jogja (trayek 3A atau 3B). Semua jenis bus ini dapat ditemui di Terminal Pusat Giwangan atau halte-halte bus yang ada di seputar Jogja. Tarif bus kota saat ini Rp 2.000, sedangkan untuk bus Trans Jogja sebesar Rp 3.000 (April 2008).
Ada pula taksi yang bisa dijadikan pilihan lain bagi wisatawan, baik pesan via telepon dari penginapan maupun mencegatnya di pinggir jalan di Yogyakarta. Jika ingin menikmati suasana Kota Yogyakarta, maka bisa dipilih andong wisata maupun becak.
Harga Tiket
Memasuki kawasan Malioboro, wisatawan tidak dipungut biaya.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tak diragukan lagi bahwa kawasan ini menyediakan berbagai macam akomodasi bagi wisatawan, mulai dari hotel berbintang lima dengan harga sewa kamar per malamnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, hingga motel-motel atau homestay, yang harga sewa tiap kamarnya hanya berkisar Rp 20.000 per malam. Bagi yang berminat menginap, wisatawan dapat mencarinya di sekitar Jalan Mangkubumi, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan Mataram. Atau mencari penginapan di bagian barat kawasan ini, yakni Jalan Ngasem yang terletak di dekat Pasar Burung Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya tidak jauh dari kawasan Malioboro.
Selain itu, wisatawan juga dapat memilih berbagai masakan berdasarkan selera masing-masing, mulai dari angkringan (warung berbentuk gerobak yang menyediakan serba-serbi masakan lokal) yang letaknya di utara Stasiun Kereta Api Tugu, masakan-masakan khas Yogyakarta (seperti gudeg, nasi goreng, lalapan, dan sebagainya) yang disajikan dengan suasana lesehan, berbagai masakan Cina, sampai fastfood atau masakan-masakan ala Barat (seperti steak, beef lasagna, dan sebagainya) dalam restoran atau cafe-cafe yang ada di sekitar Malioboro.
Fasilitas yang menunjang kawasan ini tak hanya berupa akomodasi dan tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi pariwisata, tempat beribadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon, warung internet, tempat parkir yang luas, sampai Stasiun Kereta Api Tugu. Jika wisatawan ingin membeli buah tangan untuk sanak saudara di rumah, cukup berkunjung di sekitar Jalan Mataram atau di sebelah barat Malioboro yang menyediakan berbagai macam penganan khas Jogja, seperti bakpia, geplak, yangko dan puluhan jenis keripik.
Source : Wisata Melayu
Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Propinsi DIY
Bledug Kuwu adalah sebuah fenomena kawah lumpur (mud volcanoes) yang sudah terjadi jauh sebelum jaman Kerajaan Mataram Kuno (732-929 Masehi). Bledug Kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Grobogan, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Secara etimologi, nama bledug kuwu berasal dari bahasa Jawa, yaitu 'bledug' yang berarti ledakan/meledak dan 'kuwu' yang diserap dari kata 'kuwur' yang berarti lari/kabur/berhamburan.
Menurut cerita turun temurun yang beredar di masyarakat, Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju Kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anak Aji Saka, penguasa Kerajaan Medang Kamulan.
Keistimewaan
Selama perjalanan menuju Bledug Kuwu pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang sangat indah, hamparan sawah yang hijau, kawasan hutan yang cukup lebat dan bukit-bukit yang begitu indah sehingga perjalanan menuju tempat wisata ini tidak terasa membosankan. Setelah sampai di lokasi, pengunjung akan melihat fenomena alam yang mengagumkan. Di objek wisata ini, terjadi letupan-letupan lumpur seperti bunyi meriam yang berlangsung terus menerus secara berkala, antara 2 sampai 3 menit, di daerah dengan diameter kurang lebih 650 meter. Bahkan, tak jarang, letupan-letupan lumpur itu bisa mencapai seukuran rumah penduduk.
Selain menikmati keindahan wisata Bledug Kuwu, pengunjung juga bisa menyaksikan penduduk desa yang mencari nafkah dari Bledug Kuwu sebagai petani garam. Dari sumber air garam Bledug Kuwu, petani garam mengolahnya hingga menjadi garam dapur. Kemasyhuran rasa garam Bledug Kuwu pernah tercatat dalam sejarah Keraton Surakarta.
Lokasi
Objek wisata Bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Akses
Perjalanan menuju objek wisata Bledug Kuwu dapat ditempuh melalui jalan darat. Dari Terminal Bus Semarang, pengunjung dapat menggunakan bus jurusan Semarang-Purwodadi dengan biaya sekitar Rp 10.000. Setelah sampai di Terminal Bus Purwodadi, perjalanan dapat dilanjutkan dengan minibus jurusan Purwodadi-Kuwu dengan ongkos sekitar Rp 5.000 (April 2008).
Harga Tiket
Bagi pengunjung yang baru pertama kali menyambangi objek wisata ini mungkin akan terheran-heran dengan harga tiket masuk yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Hanya dengan mengeluarkan uang Rp 500 per orang (April 2008), pengunjung sudah bisa menikmati keindahan wisata alam Bledug Kuwu sepuasnya.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di sekitar lokasi objek wisata Bledug Kuwu terdapat akomodasi dan fasilitas, seperti : rumah makan, rumah penginapan, warung telekomunikasi/wartel, dan tentu saja, warung/toko yang menjual garam buatan penduduk Desa Kuwu yang sudah masyhur rasanya.
Source : Wisata Melayu
Bledug Kuwu, Kab. Grobogan, Jawa Tengah
Masjid Kubah Emas merupakan sebuah masjid megah yang berdiri di Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Ciri khas masjid ini terletak pada atap kubahnya yang terbuat dari emas 24 karat. Bangunan masjid ini mempunyai luas sekitar 8 hektar dan menempati area tanah seluas 60 hektar. Konon, karena kemegahannya, masjid ini sering disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara, melebihi masjid Istiqlal di Jakarta.
Masjid ini diresmikan pada tanggal 31 Desember 2006 dengan nama Masjid Dian Al Mahri. Tanggal peresmian ini bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1427 Hijriah. Menurut cerita yang beredar, bahan-bahan material masjid ini langsung didatangkan dari negara-negara Eropa dan Brazil, seperti emas, lampu, dan granit dari Italia, serta beberapa material lain dari Spanyol, Norwegia dan Brazil. Pembangunannya pun dijalankan oleh tenaga profesional dari luar negeri dan memakan biaya milyaran rupiah.
Masjid Kubah Emas dibangun oleh seorang pengusaha asal Banten bernama Hj. Dian Djuriah Al Rasyid. Pengusaha kaya tersebut telah membeli tanah di daerah Depok sejak tahun 1996 dan mulai membangunnya sejak tahun 2001. Pembangunan masjid selesai pada akhir tahun 2006 dan dibuka untuk publik tepat pada tanggal 31 Desember 2006.
Keistimewaan
Hanya ada tujuh masjid berkubah emas di dunia. Salah satunya berada di Indonesia. Salah satu keunikan yang dapat disaksikan pengunjung masjid ini adalah kubah tengah masjid. Masjid Dian Al Mahri mempunyai kubah berjumlah lima, yakni satu kubah utama dan empat buah kubah kecil. Bentuk kubah utama menyerupai kubah bangunan Taj Mahal di India. Kubah tersebut mempunyai diameter bawah 16 meter, dimeter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara kubah-kubah kecil lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, diameter tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Seluruh kubah tersebut dilapisi emas setebal 2 hingga 3 milimeter dan dihiasi oleh mozaik kristal. Selain itu, di pojok-pojok masjid juga berdiri enam menara yang berbentuk segi enam (heksagonal) dengan tinggi sekitar 40 meter. Keenam menara ini dibalut oleh batu-batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncak menara-menara ini juga terdapat kubah yang dilapisi oleh emas. Enam menara ini melambangkan jumlah rukun iman, sedangkan lima kubah melambangkan rukun Islam.
Di masjid ini juga terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia dengan berat sekitar 8 ton. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan kekhasan relief yang menghiasi ruang Mihrab yang terbuat dari emas 18 karat. Kekhasan relief ini juga dapat dilihat pada pagar pembatas di lantai dua, hiasan kaligrafi di langit-langit masjid, dan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah yang berlapis bahan prado atau sisa emas. Khusus untuk langit-langit masjid terdapat hiasan kaligrafi bergaya Kuffi yang terbuat dari lempengan kuningan berlapis emas.
Kalau dilihat secara umum, arsitektur masjid ini mirip bangunan-bangunan masjid di Timur Tengah yakni dengan ciri khas kubah, menara, halaman dalam, serta corak hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk-nya.
Sebagai sebuah bangunan yang megah dan mempesona, masjid ini mempunyai bangunan dan halaman yang begitu luas. Luas bangunan masjid sekitar 8.000 meter persegi dan mampu menampung sekitar 15.000 hingga 20.000 jamaah. Ruangan masjid terbagi atas ruang utama, ruang mezanin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar dan ruang-ruang fungsional lainnya. Ruangan utama masjid didominasi oleh warna monokrom dengan warna dasar krem. Warna-warna ini seolah memberi nuansa tenang dan nyaman bagi pengunjung yang berada di dalam masjid ini.
Pada bagian luar masjid terdapat taman luas yang mengitari masjid. Taman ini ditumbuhi pepohonan rindang yang dapat memunculkan suasana sejuk dan asri bagi pengunjung. Konsep penataan taman ini merupakan kolaborasi antara arsitektur bangunan masjid bernuansa Timur Tengah dengan suasana lingkungan tropis Indonesia.
Lokasi
Masjid ini terletak di Jalan Meruyung, Kelurahan Limo, Kecamatan Cinere, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat, Indonesia.
Akses
Masjid Kubah Emas berlokasi di pinggir jalan Meruyung, Kecamatan Cinere, Kota Depok. Untuk menuju lokasi ini tidak terlalu sulit, karena dapat ditempuh dari beberapa arah. Bila berangkat dari arah Terminal Depok, pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat mengambil jalan menuju arah Kecamatan Sawangan. Setelah sampai di pertigaan Parung Bingung, pengunjung disarankan berbelok ke kanan ke arah Kecamatan Cinere, lalu menuju lokasi masjid. Jarak antara pertigaan Parung Bingung ke lokasi masjid sekitar 3-4 km.
Bagi pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, dari Terminal Kota Depok dapat berangkat dengan menggunakan jasa angkutan kota (angkot) nomor 03 menuju pertigaan Parung Bingung. Dari pertigaan ini, pengunjung disarankan menggunakan ojek menuju Masjid Kubah Emas. kota Depok berjarak sekitar 7 km dari Masjid Kubah Emas.
Sedangkan untuk pengunjung yang berangkat dari Terminal Lebak Bulus atau Terminal Pondok Labu di Jakarta Selatan dapat menggunakan jasa angkutan kota (angkot) bernomor 102 menuju pertigaan Parung Bingung, kemudian belok kanan menuju arah lokasi masjid.
Harga Tiket
Wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dikenai biaya parkir kendaraan. Untuk rombongan bus dikenai tarif parkir sebesar Rp 10.000, untuk mobil keluarga dikenai tarif Rp 3.000, sedangkan pengendara roda dua hanya sebesar Rp 2.000 (Mei 2008).
Masjid Kubah Emas dibuka setiap hari untuk umum pada pukul 04.00-06.00 WIB dan pada pukul 10.00-20.00 WIB. Pada hari Kamis, masjid ini ditutup untuk persiapan kebersihan sholat Jumat.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di masjid ini terdapat fasilitas-fasilitas penunjang yang bisa membuat pengunjung semakin betah berlama-lama di sini, diantaranya mini market, restoran, kios makanan, toko butik, rumah penginapan, gedung serbaguna, auditorium, gedung Islamic Center, dapur umum, dan toko souvenir. Wisatawan yang berniat mampir ke toko souvenir dapat membeli aneka cenderamata, seperti cangkir, pin, kaos, mukena, sajadah, songkok, dompet, jam, piring, dan lain-lain.
Selain itu, masjid ini mempunyai tempat parkir seluas 7.000 meter persegi yang dapat menampung 300 kendaraan roda empat atau 1.400 kendaraan bermotor. Sistem pengamanan kompleks masjid ini diserahkan kepada para satpam yang bertugas di lokasi masjid. Bagi para pengunjung yang ingin berfoto di lokasi masjid ini tidak perlu khawatir, karena di sini terdapat banyak fotografer yang menawarkan jasa foto.
Pengunjung yang ingin berwisata rohani ke masjid ini juga dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan masjid ini secara rutin, diantaranya kegiatan tausiyah umum setiap hari Selasa, Rabu, Sabtu, dan Minggu pada pukul 10.30-12.00 WIB.
Sebagai sebuah kawasan terpadu untuk sarana ibadah, dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial, masjid ini dimasa mendatang akan dilengkapi dengan rumah sakit, sekolah perawat, pesantren dan universitas.
Source : Wisata Melayu & Eramuslim
Masjid Kubah Emas, Kota Depok, Jawa Barat
Pantai Anyer dikenal luas sebagai tempat wisata yang menarik sejak tahun 1980-an. Keberadaannya sebagai salah satu dari Seven Wonders of Banten (Tujuh Keajaiban Banten) dan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta membuat kawasan ini menjelma sebagai salah satu obyek wisata favorit saat ini.
Apalagi Pemerintah Kabupaten Serang dan Pemerintah Propinsi Banten telah berkomitmen mengembangkannya menjadi obyek wisata bahari terkemuka di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai fasilitas pendukung yang relatif lengkap dan representatif di kawasan tersebut.
Keistimewaan
Dari bibir pantai, pengunjung dapat menikmati panorama laut biru berlatar kaki langit yang juga biru. Hamparan pasir pantainya yang luas dan bersih menjadikan kawasan ini nyaman digunakan untuk melakukan kegiatan berjemur dan membuat patung dari pasir, atau melakukan aktivitas olahraga seperti voli pantai dan sepakbola pantai.
Air lautnya yang jernih dan bersih mendukung aktivitas pengunjung yang ingin berenang atau menyelam. Ombak laut Pantai Anyer yang relatif besar dan menjadi rumah bagi banyak ikan sehingga tepat sekali digunakan untuk arena berselancar dan area memancing.
Pesona terbit dan tenggelamnya matahari serta ditingkahi oleh burung-burung laut yang terbang rendah dan sesekali menyambar ikan di sepanjang pantai, kian mengukuhkan betapa spesialnya kawasan ini. Pengunjung dapat mencerap momen indah tersebut dari shelter-shelter, taman, pondok-pondok wisata, atau dari atas perahu yang berjalan perlahan-lahan di tepi pantai.
Bila bosan berada di tepi pantai, pengunjung dapat menikmati keelokan panorama Pantai Anyer dari atas mercusuar yang terdapat di kawasan tersebut. Pengunjung dapat juga menyewa sepeda untuk mengelilingi kawasan Pantai Anyer sambil mencari-cari obyek menarik untuk dipotret.
Lokasi
Pantai Anyer berada dalam wilayah administratif Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Propinsi Banten, Indonesia.
Akses
Jakarta-Pantai Anyer berjarak sekitar 160 kilometer dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Sedangkan dari Kota Serang, ibukota Propinsi Banten, Pantai Anyer berjarak sekitar 35 kilometer. Dari Jakarta, pengunjung dapat mengambil jalan tol Jakarta-Merak dan keluar melalui jalan tol Cilegon Barat. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju arah Anyer. Berbagai papan penunjuk jalan memudahkan pengunjung untuk mencapai lokasi, baik yang menggunakan bus maupun yang menggunakan kendaraan pribadi. Pengunjung dapat juga mengakses Pantai Anyer dengan naik kereta api jurusan Jakarta-Merak.
Harga Tiket
Dalam konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Bagi yang ingin menginap tidak perlu cemas karena di kawasan Pantai Anyer terdapat homestay, wisama, hotel, resort, cottage dan villa dengan berbagai tipe.
Kawasan pantai ini juga dilengkapi dengan jaringan fiber optik untuk mengakses internet dan jaringan komunikasi baik lokal maupun internasional sehingga pengunjung dapat menjalin komunikasi dan mengikuti perkembangan dunia luar.
Jejeran pedagang kaki lima dan warung tenda di sepanjang pantai, serta rumah makan dan restoran yang menawarkan berbagai menu memberikan banyak pilihan kepada pengunjung untuk menyantap makanan yang sesuai dengan keinginannya.
Berbagai fasilitas lainnya juga tersedia di kawasan ini seperti pusat informasi pariwisata, pemandu wisata, penjaga pantai, taman parkir yang luas dan aman, arena bermain anak-anak, arena berjemur, tempat berenang, camping ground, pondok-pondok wisata, shelter-shelter, sentra oleh-oleh dan souvenir, persewaan peralatan menyelam, persewaan sepeda, serta persewaan perahu dan speed boat.
Source : Wisata Melayu
Pantai Anyer, Kab. Serang, Propinsi Banten
Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung berapi di Propinsi Maluku Utara. Selain gunung ini, masih ada Gunung Gamkonora di Kabupaten Halmahera Barat, Gunung Ibu dan Gunung Dakona di Kabupaten Halmahera Utara, serta Gunung Kiebesi di Halmahera Selatan. Gunung Gamalama sendiri terletak di Pulau Ternate dan memiliki ketinggian sekitar 1.715 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Gamalama yang kerap juga disebut sebagai puncak Ternate merupakan sebuah stratovolkano, yakni gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung yang berdiameter 11 km ini memiliki danau kawah dan kawah ganda. Gunung Gamalama juga merupakan salah satu gunung api di Indonesia yang masih aktif. Seperti yang tertulis dalam www.geocities.com, sejak tahun 1538 masehi hingga saat ini, Gunung Gamalama telah menyemburkan laharnya lebih dari 70 kali. Enam diantaranya menyebabkan bencana alam, yakni pada tahun 1771-1772 yang menewaskan sekitar 30 orang, sekitar 1.300 orang tewas akibat gelombang badai yang disebabkan letusan di tahun 1775 dan letusan di tahun 1962 memakan korban sekitar lima orang. Terakhir kali, gunung ini memuntahkan isi perutnya pada tahun 2003 namun tidak memakan korban.
Di dalam masyarakat Ternate sendiri terdapat sebuah ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Dalam ritual bernama Kololi Kie ini, masyarakat mengelilingi Gunung Gamalama seraya memanjatkan doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan rakyat Ternate. Selain itu, Kololi Kie juga merupakan upacara penghormatan terhadap para leluhur Ternate. Kololi Kie sendiri diadakan sekali dalam setahun, setiap bulan April.
Oleh masyarakat setempat, Gunung Gamalama dipercaya memiliki banyak nilai-nilai keramat. Tak heran jika banyak mitos yang beredar, dan semakin memperkuat kekeramatan gunung ini. Semisal, masyarakat setempat selalu menyarankan pada sebuah tim yang berencana mendaki Gunung Gamalama aga memiliki jumlah anggota yang genap. Sebelum mendaki pun sebisa mungkin untuk berdoa agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan.
Keistimewaan
Meski terkesan berbahaya, namun Gunung Gamalama menyimpan pesona kecantikan yang luar biasa. Maka tak heran jika banyak para penjelajah alam yang sangat tertarik untuk mendaki gunung ini. Hamparan kebun cengkeh dan pala akan menemani para pendaki selama perjalanan menuju puncak. Begitu sampai di puncak gunung, para pendaki dapat melihat landscape Pulau Ternate. Tak hanya itu, beberapa pulau lainnya seperti Pulau Tidore, Pulau Halmahera dan Pulau Maitara dapat terlihat dari sini.
Selain pemandangan yang mempesona, para pendaki juga akan menemui tempat-tempat unik di gunung tersebut. Diantaranya adalah mata air dalam lekukan batu seluas loyang besar, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan mata air Abdas. Konon mata air ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Maka tak heran jika masyarakat Ternate begitu mengkeramatkan mata air ini sehingga ada aturan tertentu untuk mengambil air dari mata air Abdas yakni tidak boleh berebbutan dan tiap-tiap orang hanya diperbolehkan mengambil satu botol.
Selain mata air Abdas, tempat menarik lainnya adalah kuburan leluhur masyarakat Ternate yang sudah berumur ratusan tahun. Belum diketahui kenapa kuburan tersebut bisa ada di Puncak Gunung Gamalama. Namun yang pasti masyarakat setempat sangat mengkeramatkan kuburan tersebut. Banyak masyarakat Ternate yang mendaki Gunung Gamalama untuk berziarah ke makam leluhur ini.
Lokasi
Gunung Gamalama terletak di Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara, Indonesia. Jika ingin melakukan pendakian, jalur pendakian dapat diakses dari beberapa desa di sekitarnya, seperti Desa Moya, Desa Malikurubu dan Desa Akehuda. Namun dari ketiga desa ini jika ingin jalur pendakian termudah dapat melalui Desa Mayo.
Akses
Kota Ternate dapat dicapai dengan menggunakan pesawat maupun kapal laut. Jika ingin menggunakan pesawat, beberapa maskapai ada yang memiliki rute penerbangan Jakarta-Manado-Ternate, dan Jakarta-Makassar-Ternate. Jika ingin menggunakan kapal laut, PT Pelni memiliki rute yang menghampiri Ternate sekali dalam seminggu. Dari pusat Kota Ternate, pengunjung dapat melakukan perjalanan ke Desa Moya dengan menggunakan angkutan umum. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 30 menit.
Harga Tiket
Untuk mendaki Gunung Gamalama pengunjung tidak dikenakan biaya apapun.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Dalam rute menuju puncak Gunung Gamalama, para pengunjung akan menjumpai tiga pos yang kerap digunakan sebagai tempat beristirahat. Di Desa Moya, hanya ada satu warung kecil. Oleh karena itu, disarankan kepada para pendaki untuk melengkapi perbekalan secukupnya. Selain itu apabila memerlukan penginapan sebelum atau sesudah pendakian, wisatawan dapat dengan mudah memperolehnya di pusat Kota Ternate.
Source : Wisata Melayu
Gunung Gamalama, Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara
Kegiatan pelancong wisata bahari di perairan Banda beraneka ragam, seperti melihat taman laut dari atas perahu, menyelam, memancing ikan tuna dan cakalang, melihat ikan paus, lumba-lumba, burung laut dan menyaksikan Arombai Manggurebe (Lomba Belang atau balap perahu).
Wisata bahari ini dapat dilakukan pada musim teduh (musim laut tidak berombak), yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei, September. Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk menangkap ikan tuna dan cakalang.
Keistimewaan
Taman Laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam.
Lokasi
Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
Akses
Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari Kota Ambon selama satu malam dengan harga tiket Rp 80.000.
Tiket
Setiap pengunjung tidak dikenakan biaya masuk ke lokasi.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Jasa pelayanan guide dapat membantu wisatawan untuk menggunakan alat-alat pancing, sekaligus menjelaskan proses penangkapan ikan cakalang yang dilakukan oleh nelayan.
Di Pulau Banda terdapat banyak toko yang menjual berbagai souvenir, seperti miniatur kapal dalam botol, anyaman bambu alat memetik pala dan benda-benda replika peninggalan Belanda dan Portugis. Terdapat pula beberapa guest house yang disewakan untuk menginap.
Source : Wisata Melayu
Wisata Bahari Laut Banda, Kab. Maluku Tengah, Propinsi Mauluku
Pentadio Resort adalah salah satu obyek wisata andalan Propinsi Gorontalo. Kata Pentadio diambil dari bahasa Gorontalo yang berarti pantai-danau, sedangkan kata Resort diambil dari bahasa inggris yang berarti tempat istirahat. Dinamakan Pentadio Resort karena resort ini berada di pinggir Danau Limboto yang indah dan mempesona itu.
Pada awalnya, obyek wisata seluas 14 hektar ini telah diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1928, yang ditandai dengan sebuah batu peringatan di sekitar pemandian air panas di kawasan obyek wisata ini. Sejak itu, masyarakat setempat menjadikan tempat ini sebagai sarana rekreasi dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Melihat obyek wisata ini semakin ramai dikunjungi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Gorontalo merenovasi dan melengkapi obyek wisata ini dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang dapat memanjakan para pengunjung. Pembangunan obyek wisata ini dan berbagai fasilitasnya menghabiskan biaya sekitar 15 miliar rupiah yang diambil dari APBD Kabupaten Gorontalo. Pada tanggal 25 Februari 2004, obyek wisata ini diresmikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) saat itu, Jusuf Kalla.
Keistimewaan
Di kawasan Pentadio Resort ini para pengunjung dapat menyaksikan semburan mata air panas yang mengandung belerang yang dapat digunakan untuk merebus telur hingga matang. Para pengunjung juga dapat menikmati siraman air dari sumber mata air yang cukup hangat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Di samping itu, kawasan ini juga dilengkapi berbagai fasilitas yang bertaraf internasional dan dikelola secara profesional sehingga para pengunjung dapat melakukan aktivitas santai lainnya dengan nyaman, seperti mandi uap, mandi celup, berenang di kolam renang air panas atau di kolam renang air dingin, memancing, dan bersepeda air. Bagi pengunjung yang ingin menyalurkan hobi menyanyi, di lokasi ini juga tersedia pub dan karaoke.
Lokasi
Pentadio Resort terletak di Desa Pentadio, Kecamatan Telagabiru, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo, Indonesia.
Akses
Dari bandara Jalaluddin Gorontalo menuju lokasi, perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat meupun roda dua dengan waktu tempuh sekitar 45 menit.
Harga Tiket Masuk
Masih dalam proses konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Fasilitas lain yang tersedia di kawasan ini adalah restaurant dan tempat parkir yang cukup luas. Para pengunjung yang ingin menginap, di lokasi tersedia cottage atau pondok-pondok kecil yang dilengkapi fasilitas TV, kulkas, AC, dan spring bed, dengan desain yang menonjolkan nuansa tradisional khas Gorontalo. Selain itu, para pengunjung juga dapat membeli barang-barang cinderamata yang tersedia di toko-toko souvenir di kawasan obyek wisata ini.
Source : Wisata Melayu
Pentadio Resort, Kab. Gorontalo, Propinsi Gorontalo
Taman Nasional Wakatobi memiliki luas area sekitar 1,39 juta hektar. Taman tersebut terdiri dari empat pulau besar, yaitu : Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang berada di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kata Wakatobi sendiri berasal dari dari 4 pulau utama yaitu Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Terdapat puluhan pulau-pulau kecil lainnya disekitarnya. Mayoritas penduduk yang tinggal di kepulauan ini adalah suku Bajo dan Liya.
Pada tahun 1994, beberapa orang yang tergabung dalam tim IPB melakukan survei di Wakatobi. Dari hasil survei yang mereka lakukan tersebut terungkap bahwa di Wakatobi terdapat beranekaragam kekayaan alam bawah laut, seperti : terumbu karang dan aneka bintang laut. Karena memiliki kekayaan alam bawah laut, kawasan tersebut menyajikan panorama bawah laut yang begitu menawan dan sangat bagus sebagai tempat kegiatan menyelam.
Setelah mempelajari dengan seksama hasil temuan tim IPB, Menteri Kehutanan pada tahun 1996 mengeluarkan surat keputusan No. 393/Kpts-V/1996 yang menetapkan Wakatobi sebagai taman nasional.
Keistimewaan
Taman Nasional Wakatobi begitu istimewa untuk dikunjungi. Di taman ini terdapat panorama keindahan alam bawah laut. Gugusan terumbu karang dapat dijumpai sekitar 112 jenis dari 13 famili yang terletak pada 25 titik di sepanjang 600 km garis pantai. Adapun jenis karang tersebut adalah : Acropora formosa, A. Hyacinthus, Psammocora Robusta, Merulina Ampliata, Platygyra Versifora, Euphyllia Glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia sp. Di beberapa tempat di sepanjang karang terdapat beberapa gua bawah laut yang menambah pesona Taman Nasional Wakatobi.
Di samping keindahan yang disajikan oleh beraneka ragam terumbu karang, taman tersebut juga memiliki 93 spesies ikan yang berwarna warni. Adapun jenis ikan tersebut diantaranya adalah : Argus Bintik (Cephalopholus argus), Takhasang (Naso unicornis), Pogo-pogo (Balistoides viridescens), Napoleon (Cheilinus undutalus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), Baronang (Siganus guttatus), Amphirion melanopus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus monostigma, Caesio caerularea. Selain itu, dapat juga dijumpai raja udang erasia (Alcedo atthis) dan tiga jenis penyu yang sering bertelur di Taman Nasional Wakatobi, seperti : penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Berbagai jenis burung laut melengkapi keindahan Taman Nasional Wakatobi, seperti : angsa batu coklat (Sula leucogaster plotus) dan Cerek Melayu (Charadrius peronii). Beraneka jenis burung tersebut dapat dilihat dari dekat ketika berkumpul di pulau maupun tatkala terbang meliuk-liuk mengikuti nyanyian irama alam, dan sesekali menukik ke laut untuk berburu ikan.
Bagi para wisatawan yang menyukai keindahan alam bawah laut dapat melakukan beberapa kegiatan di Taman Nasional Wakatobi, seperti : menyelam, snorkeling, dan berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan warna warni ikan yang sedang menari.
Lokasi
Taman Nasional Wakatobi terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Akses
Untuk mencapai lokasi bisa ditempuh melalui 3 tahap perjalanan. Pertama, perjalanan dimulai dari Kota Kendari ke Bau-bau dengan menggunakan pesawat terbang atau kapal laut. Jika menggunakan pesawat terbang waktu tempuh sekitar 1 jam, dan jika menggunakan kapal laut waktu tempuh sekitar 4 jam.
Tahap kedua, dari Bau-bau ke Lasalimu menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Tahap ketiga, dari Lasalimu ke Wanci perjalanan ditempuh menggunakan kapal laut dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Wanci merupakan ibukota Kabupaten Wakatobi sekaligus pintu gerbang pertama untuk memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi.
Tiket
Dalam konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Bagi para wisatawan yang datang dari luar daerah dan ingin berlama-lama di Wakatobi dapat menginap di beberapa hotel dan home stay yang ada di kota tersebut. Sedangkan untuk masalah makan, di beberapa tempat di Wakatobi tersedia warung-warung makan yang menyajikan beraneka menu masakan laut.
Bagi para wisatawan yang ingin melakukan kegiatan menyelam, di pulau tersebut ada beberapa resort yang secara khusus menyewakan beberapa fasilitas untuk kegiatan menyelam dan para wisatawan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.
Source : Wisata Melayu & Coremap
Taman Nasional Wakatobi, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Kabupaten Mamuju dikenal memiliki garis pantai terpanjang di Propinsi Sulawesi Barat yang membujur leih kurang 415 kilometer. Garis pantai yang berada di pesisir barat Pulau Sulawesi ini melewati salah satu pantai yang menjadi tujuan wisata favorit masyarakat Mamuju, yaitu Pantai Wisata Lombang-lombang. Apabila Anda berkunjung ke Kota Mamuju, aka rugi kiranya jika tidak menyempatkan diri menikmati penorama indah pantai ini.
Pantai wisata Lombang-lombang berjarak 30 kilometer dari kota Mamuju. Pantai yang dikelola secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat setempat ini memang cukup bersih dan terbebas dari onggokan sampah. Karena dianggap masih asri itulah, pada hari Minggu atau hari libur lainnya, pantai ini biasanya dipenuhi oleh wisatawan lokal yang ingin menghabiskan liburan mereka dengan menikmati panorama pantai.
Keistimewaan
Pantai Lombang-lombang sangat cocok bagi wisatawan yang ingin menyegarkan pikiran. Sebab, di pantai ini wisatawan dapat merasakan suasana alami yang mungkin tidak ditemukan di pantai lain. Di pantai ini wisatawan dapat menyusuri hamparan pasir hitam halus sepanjang kurang lebih 5 kilometer dengan lebar rata-rata 50 meter. Dengan areal seluas itu, para pengunjung dapat leluasa melakukan berbagai aktivitas di tepi pantai, seperti bermain pasir, bermain voli atau sepak bola, atau sekedar duduk-duduk santai. Lokasi pantai yang bersih dan ombaknya yang tak begitu besar membuat pantai ini juga cocok untuk mereka yang menyukai olahraga renang maupun menyelam (snorkeling). Namun, bagi yang belum mahir berenang tetapi tetap ingin bermain air, Anda dapat memanfaatkan persewaan ban pelampung yang banyak disediakan di pantai ini.
Usai berolahraga atau bermain-main di pantai ini, wisatawan dapat duduk mengobrol atau sekedar menikmati indahnya deburan ombak di gazebo-gazebo yang disediakan oleh pengelola pantai. Suasana alami dan menyegarkan ini niscaya dapat mengendorkan urat-urat syaraf Anda setelah beberapa hari bekerja. Gazebo ini memang sengaja dibangun menghadap ke laut supaya pengunjung dapat menyaksikan pesona pesisir barat Pulau Sulawesi, terutama saat menjelang matahari terbenam (sunset). Jika mengajak keluarga dan menginginkan tempat yang lebih luas, wisatawan dapat menyewa balai yang terbuat dari bambu dengan atap dari rumbia. Di balai yang eksotis ini wisatawan dapat bersantai sambil menikmati ikan bakar bersama-sama keluarga.
Jika sedang ada event, wisatawan dapat pula menyaksikan pertunjukan musik atau pertunjukan seni lainnya secara gratis. Pengelola pantai memang menyediakan sebuah panggung dengan ukuran yang cukup besar untuk keperluan pementasan seni tersebut. Hanya saja, sampai saat ini pertunjukan kesenian itu belum bisa digelar secara rutin.
Lokasi
Secara administratif, Pantai Wisata Lombang-lombang terletak di Kelurahan Sinyonyoi, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat, Indonesia.
Akses
Untuk menuju kota Mamuju, wisatawan dapat menempuh perjalanan dengan pesawat udara dari berbagai kota besar di Indonesia menuju Bandara Hasanuddin di Makassar. Dari bandara ini wisatawan dapat melanjutkan penerbangan menuju Bandara Mamuju, atau memilih perjalanan darat dengan menyewa mobil. Sebab, jadwal penerbangan Makassar-Mamuju memang terbilang sepi dan dalam sehari biasanya hanya melayani satu kali penerbangan. Nah, dari kota Mamuju, wisatawan dapat menggunakan angkutan umum atau mobil sewaan untuk menuju Pantai Lombang-lombang dengan waktu tempuh sekitar setengah jam perjalanan.
Harga Tiket
Masih dalam konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Wisatawan yang ingin bermain air dan memerlukan ban pelampung dapat menyewa kepada para pengelola pantai dengan harga Rp 5.000 per buah. Apabila ingin menyewa sebuah balai dari bambu untuk istirahat, para pengunjung harus mengeluarkan uang sebesar Rp 25.000 untuk sewa satu bilik balai. Namun, jika memerlukan penginapan, para pelancong bisa mendapatkan hotel dengan berbagai tipe di kota Mamuju. Di kota ini wisatawan juga dapat mencari berbagai souvenir maupun buah segar khas kota Mamuju, yaitu jeruk manis Mamuju.
Source : Wisata Melayu
Pantai Lombang-lombang, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat
Taman Wisata Wera merupakan salah satu obyek wisata terkenal di Sulawesi Tengah. Pada awalnya, potensi wisata yang ada di kawasan ini adalah Air Terjun Wera dan kawasan hutan sekunder. Pada tahun 1980, kawasan ini ditetapkan menjadi Taman Wisata berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980, dengan luas kawasan sekitar 250 hektar.
Kawasan yang berada di ketinggian antara 150 meter-800 meter di atas permukaan laut (dpl) ini memiliki topografi berlereng dan berbukit terjal dengan kemiringan antara 60%-90%. Diantara perbukitan yang terjal tersebut terdapat sebuah lembah sempit yang merupakan aliran Sungai Wera.
Keistimewaan
Para wisatawan tidak hanya dapat menikmati sejuknya udara dan menyaksikan keindahan air yang jatuh dari atas tebing dengan ketinggian sekitar 100 meter, tetapi juga dapat melakukan berbagai kegiatan wisata yang menyenangkan seperti : mandi atau berenang di Sungai Wera yang airnya sejuk; mendaki gunung ke arah puncak bukit di sekitar air terjun sambil menikmati pemandangan yang indah; berkemah di daerah datar di bagian utara dan di puncak bukit dekat Dusun Ngatapapu; dan photo hunting keindahan alam di sekitar air terjun dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Para wisatawan juga dapat menyaksikan keragaman flora dan fauna yang hidup di kawasan ini. Flora yang tumbuh di kawasan ini, antara lain : kenari/ntoli (canarium aspermun), bintangur (callophylum sp.), lebanu (nauclea sp.), beringin (ficus benyamina), lei (palagulum javanicum), serta beberapa tumbuhan epifit, seperti anggrek tanah, dan pakis sarang (asplenium nidus). Adapun jenis fauna yang hidup di kawasan ini, antara lain : monyet hitam (macaca tonkeana), enggang/allo (aceros cassidix), ayam hutan (gallus gallus), burung gagak (corvus sp.), babi hutan (sus colobensis), rusa (cervus timorencis), burung nuri kepala biru (trichoglossus omatus), dan kakatua jambul kuning (cacatua sulphurea).
Bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana alam yang berbeda, tidak jauh dari taman wisata ini (sekitar 2 km) terdapat wisata alam Pemandian Air Panas Mantikole. Para wisatawan dapat menjadikan Pemandian Air Panas Mantikole ini satu paket wisata dengan Taman Wisata Wera, sehingga perjalanan wisata para wisatawan lebih bervariasi dan menyenangkan.
Lokasi
Secara administratif, Taman Wisata Wera terletak di Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
Akses
Untuk mencapai kawasan Taman Wisata Wera tidaklah sulit karena terdapat jalan aspal yang menghubungkan Kota Palu (Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah) dengan desa-desa di sekitar lokasi wisata, seperti Desa Balumpewa yang berjarak sekitar 1 km dari jalan raya. Dari Kota Palu menuju ke Desa Balumpewa yang berjarak 19 km, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau carteran dalam waktu sekitar 45 menit. Selanjutnya, dari Desa Balumpewa ke lokasi air terjun yang berjarak 2 km, dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Harga Tiket Masuk
Masih dalam proses konfirmasi
Akomodasi dan Fasilitas
Untuk mengetahui lebih banyak tentang obyek wisata alam Taman Wisata Wera, para wisatawan dapat memperoleh informasi di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam VI atau dari kantor Sub. BKSDA Sulawesi Tengah, dengan alamat : Jl. Prof. Moh. Yamin No. 19 Palu, Telepon 21106 atau 22287.
Source : Wisata Melayu
Taman Wisata Wera, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah
Watan Soppeng adalah salah satu kabupaten tercantik di Propinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota tampak teduh, karena hampir semua ruas jalan dipenuhi oleh pohon asam dan jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi kiri dan kanan jalan. Kota kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.
Menurut catatan sejarah, sebagaimana tertulis dalam Lontara Bugis (tulisan kuno orang Bugis), Kota Soppeng merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup luas. Di kota ini terdapat komplek Istana Raja (Datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, diantaranya : Bola Ridie (Rumah Kuning), yaitu tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng; SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat.
Di kota ini juga terdapat komplek makam Jera LompoE dan KalokoE Watu. Di dalam komplek makam Jera LompoE terdapat makam raja-raja (Datu) Soppeng, Luwu dan Sidrap pada abad XVII. Sementara di dalam komplek KalokoE Watu terdapat makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.
Keistimewaan
Kota Watan Soppeng memiliki keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai "Kota Kalong" atau "Kota Pekalongan" (bukan nama kota yang ada di Jawa Tengah). Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung kota Watan Soppeng, karena akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung. Bau khas itu tidak lain adalah bau kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin menyengat jika pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong tersebut bergelantungan.
Menjelang malam, kalong-kalong tersebut terbang meninggalkan pepohonan untuk mencari makan. Saat kalong-kalong yang jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit seakan tertutup oleh bayangan hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali ke pepohonan pada subuh hari dengan suara gemuruh seakan membangunkan warga Kota Soppeng untuk segera melaksanakan sholat subuh dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidak seorangpun penduduk yang tahu persisi kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan kota Watan Soppeng. Masyarakat hanya meyakini bahwa keberadaan kalong yang mirip tikus tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Lebih dari itu, mereka juga meyakini bahwa kalong-kalong tersebut merupakan "penjaga" kota Watan Soppeng. Bahkan mereka sangat percaya bahwa kalong-kalong tersebut menjadi pertanda dan pemberi informasi tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan terjadi di kota ini. Jika kalong-kalong tersebut pergi meninggalkan kota Watan Soppeng dalam waktu yang lama, maka itu sebagai pertanda bahwa akan terjadi bencana yang menimpa masyarakat dan kota tersebut.
Terbakarnya Pasar Sentral Soppeng pada tahun 1990 diyakini oleh masyarakat setempat merupakan akibat dari ditebangnya pohon besar yang menjadi tempat tinggal raja atau pemimpin kalong tersebut. Sejak peristiwa itu, masyarakat setempat tidak pernah lagi mengusik keberadaan satwa tersebut. Untuk mengembalikan kawanan kalong tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Kawanan kalong tersebut baru akan kembali jika masyarakat setempat mengadakan upacara khusus yang dirangkaikan dengan penyembelihan beberapa ekor kerbau.
Ada juga mitos yang berkembang di kalangan masyarakat Soppeng bahwa jika seorang pengunjung terkena kotoran kalong-kalong tersebut, maka ia akan mendapatkan gadis atau pemuda kota Watan Soppeng. Anda penasaran dengan mitos tersebut? Kunjungilah kota unik ini untuk membuktikannya!
Lokasi
Kota Watan Soppeng merupakan ibukota Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Akses
Kota Watan Soppeng terletak 150 kilometer di sebelah utara Kota Makassar. Dari Kota Makassar, perjalanan ditempuh selama 4-5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum berupa mobil panther atau kijang, dengan tarif sekitar Rp 40.000 per orang.
Harga Tiket Masuk
Pengunjung yang datang ke kota Soppeng tidak dikenai tarif tiket masuk.
Akomodasi dan Fasilitas
Di kota Watan Soppeng tersedia berbagai macam fasilitas, seperti warung makan, restoran, penginapan, wisma, motel, hotel, dan villa. Selain itu, juga terdapat Masjid Raya Soppeng yang berdiri megah dan indah tepat di jantung kota, yang tak jauh dari pepohonan tempat kawanan kalong tersebut bergelantungan.
Source : Wisata Melayu
Kota Kalong, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan
Bukit Bangkirai merupakan salah satu obyek wisata di Kalimantan Timur yang menarik untuk dikunjungi. Wisatawan dapat merasakan suasana hutan hujan tropis (tropical rain forest) yang masih sangat alami. Dalam Bukit Bangkirai juga terdapat banyak binatang satwa.
Bukit Bangkirai yang memiliki luas sekitar 1.500 hektar ini merupakan kawasan hutan konservasi yang bertujuan untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah. Hutan wisata ini dapat dijadikan sebagai media pendidikan alam dan lingkungan, atau bahkan juga dapat dijadikan sebagai obyek penelitian.
Dinamakan Bukit Bangkirai karena di kawasan hutan wisata ini terdapat banyak pohon Bangkirai yang tumbuh. Bahkan, pohon-pohon tersebut telah berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 meter dan diamaternya 2,3 meter. Bukit Bangkirai diresmikan pada tanggal 14 Maret 1998.
Keistimewaan
Salah satu keistimewaan Bukit Bangkirai adalah adanya tantangan wisatawan untuk mencoba berjalan menyusuri canopy bridge (jembatan gantung) yang tingginya mencapai 30 meter dari permukaan tanah. Panjang keseluruhan canopy bridge adalah 64 meter yang menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Bagi wisatawan yang mempunyai masalah dengan ketinggian dapat mencobanya sebagai salah satu terapi alternatif. Dari atas canopy bridge wisatawan dapat melihat panorama hutan hujan tropis disertai dengan desiran angin kencang nan sejuk. Jembatan rasanya terus berayun-ayun ketika baru melangkah separuh jalan. Namun demikian, sesekali mencobanya pasti kita akan merasa senang dan tertantang. Canopy bridge tersebut merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia, dan ke delapan di dunia.
Lokasi
Bukit Bangkirai terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur, Indonesia.
Akses
Untuk menuju Bukit Bangkirai wisatawan perlu menempuh jarak sekitar 150 km dari Kota Tenggarong atau Samarinda. Dari Kota Balikpapan hanya berjarak 58 km. Atau dari ibukota Kecamatan Samboja hanya berjarak 20 km. Perjalanan dapat ditempuh dengan jalur darat, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tiket
Dalam proses pengumpulan data
Akomodasi dan Fasilitas Lain
Obyek wisata Bukit Bangkirai dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Ada gedung pertemuan yang mampu menampung 100 orang, ada restoran dengan sajian menu yang bervariasi, dan penginapan (cottage) dengan fasilitas AC maupun penginapan jugle cabin, yaitu penginapan alami yang tidak dilengkapi fasilitas listrik. Pengunjung yang ingin menikmati dapat menghubungi PT Inhutani Balikpapan di nomor telepon (+62-542) 736066-734644.
Source : Wisata Melayu
Bukit Bangkirai, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 hektar yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK Menteri Partanian No. 788/Kptsum12?1976.
Menurut ceita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah Sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.
Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi "penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.
Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab (walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang, kacang, dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera di tempat ini bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk diberikan kepada kera.
2. Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.
3. Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak abrik barang bawaan para pengunjung.
4. Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para pengunjung menyiapkan uang receh.
5. Sebelum bersandar di pulau Kembang sebaiknya barang-barang kecil disembunyikan di dalam tas dan dipegang erat baik itu kacamata, topi, arloji, kamera, dan lain sebagainya, karena kalau tidak, bakal dicolong oleh monyet-monyet tersebut.
Keistimewaan
Pulau Kembang ditempati oleh ratusan bahkan ribuan monyet dan beberapa jenis burung. Bila tengah beruntung, pengunjung bisa bertemu dengan salah satu spesies monyet yang menjadi maskot fauna Kalimantan Selatan, yaitu Bekantan (Nasalis Larvatus). Kera ini memiliki sifat pemalu, berambut cokelat kemerah-merahan, dan berhidung panjang. Di tempat ini, para pengunjung juga bisa menyaksikan kera-kera yang bisa berenang. Selain itu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan memberi makanan berupa kacang dan merasakan sensasi luar biasa ketika dikerubutin kera-kera yang sangat banyak tersebut.
Selain menjadi tempat ribuan kera, di tempat ini ternyata juga ada sebuah kuil yang biasanya digunakan oleh pra pengunjung untuk meletakkan sesaji atau melaksanakan nadzarnya. Pulau ini sering dihubungkan dengan kejadian-kejadian mistis. Banyak para pengunjung yang mengaku mengalami hal-hal mistis seperti melihat jembatan yang menghubungkan Pulau Kembang dengan daratan, melihat sosok pangeran berjubah putih mengendarai kuda melintas di atas jembatan itu, dan lain sebagainya.
Lokasi
Pulau Kembang terletak di tengah Sungai Barito, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Akses
Pulau seluas 60 hektar ini berjarak sekitar 1,5 km dari Kota Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu klotok sewaan dengan harga sekitar Rp 200.000 per-jam atau bisa lebih murah jika pengunjung pandai menawar. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar 10 menit dari Kota Banjarmasin.
Tiket Masuk
Tiket masuk ke lokasi Pulau Kembang sebesar Rp 2.500 per orang.
Akomodasi dan fasilitas lainnya
Di tempat ini banyak penjual asongan yang menjual makanan dan minuman ringan.
Untuk akomodasi, lokasi wisata ini cukup dekat dengan Kota Banjarmasin. Anda dapat menemukan berbagai macam kelas hotel di sana, baik kelas melati hingga kelas hotel berbintang.
Source : Wisata Melayu
Pulau Kembang, Kab. Barito Utara, Kalimantan Selatan