Taman Nasional Tanjung Puting awalnya adalah Suaka Margasatwa Tanjung Puting yang ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tanggal 13 Juni 1936 dengan luas wilayah 305.000 hektar. Oleh Pemerintah Hindia Belanda, kawasan ini dijadikan sebagai tempat perlindungan orangutan (pongo pygmaeus) dan Bekantan (nasalis larvatus).

Selanjutnya, pada tanggal 12 Mei 1984 Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Kehutanan, menetapkan Tanjung Puting sebagai Taman Nasional dengan luas wilayah menjadi 340.040 hektar. Pada tahun 1996, melalui SK Menteri Kehutanan No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas kawasan Taman Nasional Tanjung Puting bertambah menjadi 415.040 hektar yang terdiri atas Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040 hektar, hutan produksi 90.000 hektar, dan kawasan daerah perairan sekitar 25.000 hektar.

Taman Nasional Tanjung Puting merupakan kawasan konservasi yang penting untuk melindungi satwa langka seperti orangutan, bekantan, owa-owa, kelasi, dan lain-lain. Kawasan yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai paru-paru dunia (cagar biosfer) ini termasuk tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, dan hutan pantai. Kawasan ini mempunyai topografi datar sampai sedikit bergelombang dengan ketinggian 0-100 m dpl (di atas permukaan laut). Secara umum tipe iklimnya termasuk tropika basah dengan curah hujan rata-rata 2.400 mm per tahun dan memiliki kelembaban yang tinggi.


Keistimewaan

Taman Nasional Tanjung Puting adalah kawasan hutan yang memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu ekosistem hutan tropika dataran rendah, ekosistem hutan tanah kering (hutan kerangas), ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan rawa gambut, ekosistem hutan bakau atau mangrove, ekosistem hutan pantai, dan ekosistem hutan sekunder. Di taman nasional dengan berbagai jenis ekosistem tersebut, pengunjung dapat menyaksikan kekayaan alam yang luar biasa, baik itu kekayaan flora maupun faunanya.

Kekayaan flora di Taman Nasional Tanjung Puting meliputi tumbuh-tumbuhan seperti Meranti (shorea sp.), Ramin (gonystylus bancanus), Jelutung (dyera costulata), Gaharu, Kayu Lanan, Keruing (dipterocarpus sp.), Ulin (eusideroxylon zwageri), Tengkawang (dracomentelas sp.), Nipah (nypa fruticans), dan lain-lain. Sementara untuk tumbuhan lapisan bawah hutan terdiri dari jenis-jenis rotan dan permudaan/anakan pohon.

Sedangkan kekayaan faunanya meliputi jenis mamalia, reptilia, dan burung.

* Mamalia : Kawasan Tamans Nasional Tanjung Puting dihuni oleh sekitar 38 jenis mamalia. Tjuh diantaranya adalah primata yang cukup dikenal dan dilindungi, seperti orangutan (pongo pygmaeus), Bekantan (nasalis larvatus), owa-owa (hylobates agilis), dan beruang madu (helarctos malayanus). Jenis-jenis mamalia besar seperti Rusa Sambar, Kijang (muntiacus muntjak), Kancil (tragulus javanicus), dan babi hutan (sus barbatus) juga dapat dijumpai di kawasan ini. Bahkan, beberapa jenis mamalia air seperti Duyung (dugong-dugong) dan lumba-lumba dilaporkan pernah terlihat di perairan sekitar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting.

* Reptilia : Beberapa jenis reptil dapat ditemukan di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, termasuk diantaranya buaya sinyong supit (tomistoma schlegel), buaya muara (crocodilus porosus), dan bidawang (trionyx cartilagenous).

* Burung : Tercatat lebih dari 200 jenis burung yang hidup di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. Salah satu jenis burung yang ada di kawasan ini, yaitu Sindang Lawe (ciconia stormi) yang termasuk jenis 20 burung terlangka di dunia. Tanjung Puting juga merupakan salah satu tempat untuk semua jenis koloni burung "great alba" seperti egreta alba, arhinga melanogaster, dan ardea purpurea.

Beberapa Lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi :

Tanjung Harapan. Merupakan stasiun pertama dalam proses rehabilitasi orangutan. Lokasi ini berada di hutan sekunder dan hutan rawa yang dilengkapi dengan wisma tamu, pusat informasi dan jalan trail.

Pondok Tanggui. Orangutan tersebut tetap diamati secara tertutup dan dihindarkan kontak langsung dengan manusia.

Camp Leakey. Didirikan pada tahun 1971, berada di hutan primer dan merupakan tempat dari beberapa orangutan setengah liar dan dari yang baru dilahirkan sampai usia tiga tahun (raja tua).

Natai Lengkuas. Stasiun penelitian Bekantan dan pengamatan satwa lainnya melalui sungai.

Sungai Buluh dan Danau Burung. Tempat pengamatan satwa burung terutama burung migran.

Atraksi budaya di luar taman nasional. Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Kompetisi Tradisional Rowing pada bulan Mei di Pangkalan Bun. Musim kunjungan terbaik adalah bulan Juni-September setiap tahunnya.


Lokasi

Taman Nasional Tanjung Puting terletak di Kecamatan Kumai di Kotawaringin Barat dan di Kecamatan Hanau serta Seruan Hilir di Kabupaten Seruyan, Propinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.


Akses

Cara terbaik menuju Taman Nasional Tanjung Puting adalah melalui Kecamatan Kumai. Jika pengunjung memilih jalur laut, Kumai dapat diakses dengan menggunakan kapal laut PELNI (Krakatau, Bukit Raya, dan Lawit) yang berangkat dari Semarang, Surabaya, dan Banjarmasin, dua kali seminggu. Namun, jika ditempuh melalui jalur udara, pengunjung harus singgah terlebih dahulu di Pangkalan Bun, Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Sebab, hanya di Pangkalan Bun inilah terdapat bandar udara yang menghubungkan dengan kota-kota seperti Ketapang, Palangkaraya, Sampit, Banjarmasin dan Semarang. Dari kota-kota tersebut, penerbangan menuju Pangkalan Bun rata-rata satu kali dalam sehari. Setelah sampai Pangkalan Bun, perjalanan ke Kumai dapat ditempuh dengan menggunakan taksi umum atau taksi carteran.

Setelah sampai di Kumai (baik itu menggunakan jalur udara maupun laut), terdapat beberapa rute perjalanan untuk menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Dengan menggunakan klotok atau speed boat, pengunjung dapat memasuki kawasan taman nasional ini dari beberapa pintu masuk yang berbeda berdasarkan rute yang telah dipilih, antara lain :

* Kumai-Tanjung Harapan (20 km), membutuhkan waktu sekitar 0,5 jam dengan ongkos perjalanan sebesar Rp 4.000-Rp 5.000 per orang.

* Kumai-Pondok Tanggui (30 km), membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan ongkos perjalanan sebesar Rp 8.000-Rp 10.000 per orang.

* Kumai-Camp Leakey (40 km), membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan ongkos perjalanan sebesar Rp 12.000-Rp 15.000 per orang.

* Kumai-Natai Lengkuas (40 km), membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan ongkos perjalanan sebesar Rp 12.000-Rp 15.000 per orang (April 2008).


Harga Tiket

Dalam konfirmasi


Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di sekitar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, terutama di Kecamatan Kumai dan Pangkalan Bun terdapat sarana akomodasi dan fasilitas seperti : hotel/losmen (memasang tarif rata-rata Rp 10.000-Rp 75.000/malam), rumah makan, masjid, wisma tamu, wisma peneliti, menara pandang/pengamat, shelter (tempat peristirahatan), jalan setapak, speed boat/klotok, dan lain-lain.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting dengan waktu lebih dari 1 hari, terdapat hotel/rumah penginapan di Desa Tanjung Harapan, di tepi Sungai Sekonyer. Tarif kamarnya bervariasi, mulai dari Rp 300.000-Rp 500.000/malam (April 2008). Namun, bagi wisatawan yang tidak ingin menginap di hotel, ada alternatif lain, yaitu menginap di wisma tamu Taman Nasional Tanjung Puting, yang memiliki kapasitas 10 orang dan di camping ground yang menyediakan 5 buah tenda, atau menginap di klotok yang di sewa.

Source : Wisata Melayu & Indotoplist

Kamis, 06 Agustus 2009 Posted in | | 0 Comments »

One Responses to "Taman Nasional Tanjung Puting, Kab. Kotawaringin Barat, Kalteng"

Write a comment